EDITORIAL

Setelah Lebaran Usai

"Hangatnya Lebaran harusnya bisa kita tularkan juga ke hari-hari lain. Kegembiraan beribadah mestinya bisa dirasakan semua orang - tanpa kecuali."

KBR

Ketupat. (Antara)
Ketupat. (Antara)

Musim Lebaran sudah usai. Hari ini, semua kembali ke rutinitas semula. Dengan pekerjaan, kesibukan, kemacetan juga hal-hal lainnya.


Yang tersisa dari masa Lebaran lalu adalah kegembiraan. Mungkin sampai hari 

ini, lini masa di media sosial Anda masih penuh dengan foto-foto bersama keluarga. Di tengah panjangnya arus mudik dan arus balik, padatnya tempat wisata, Lebaran menghadirkan rasa hangat. Rasa hangat ini yang ingin terus kita jaga supaya tetap hadir. Seperti saat kita mendengar soal menangnya sebuah kelompok paduan suara anak Indonesia di Italia, akhir pekan lalu. Senyum langsung tersungging, ikut bangga dan senang.


Tentu saja bukan berarti hidup tak ada masalah. Ada juga yang tak bisa merasakan hangat dan bahagianya Lebaran kemarin, seperti pengungsi Syiah di Sampang. Mereka ingin pulang kampung, tapi tak bisa karena dikhawatirkan bakal terjadi aksi kekerasan. Aparat yang mestinya melindungi mereka, justru meminta mereka untuk tak pulang kampung.


Dan yang jadi korban bukan hanya kelompok Syiah di Sampang. Banyak lainnya yang belum bisa merasakan hangatnya Lebaran tahun ini – atau yang lebih luas lagi, belum bisa merasakan hangatnya beribadah dengan tenang. Padahal Undang-undang sudah menjamin begitu. Padahal konstitusi sudah menjamin begitu. Dan padahal ada negara serta aparat yang mestinya juga menjamin itu terjadi. Tapi nyatanya, itu tidak terjadi. Atau mungkin lebih tepatnya, belum terjadi – demi tetap menjaga optimisme pada bangsa ini.


Hangatnya Lebaran harusnya bisa kita tularkan juga ke hari-hari lain. Kegembiraan beribadah mestinya bisa dirasakan semua orang - tanpa kecuali. Dan negara harus menjamin itu untuk terjadi. Ini PR besar yang masih menanti kita semua.



  • syiah sampang
  • lebaran
  • Toleransi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!