EDITORIAL

Puputan Menjaga Kawasan Suci

Aksi tolak reklamasi Teluk Benoa. (Antara)

Hari ini ribuan masyarakat Bali menanti kabar baik datang dari Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Sedikitnya 400 orang dari dari 38 desa adat meminta Menteri Susi tidak memperpanjang izin lokasi PT Tirta Wahana Bali International. Izin lokasi itu bakal berakhir 25 Agustus 2016 mendatang. Izin dari KKP ini dibutuhkan perusahaan untuk bisa melanjutkan rencana reklamasi, menguruk laut seluas 700 hektar di Teluk Benoa. 

Puputan, berjuang habis-habisan. Itu tekad yang disuarakan masyarakat Bali memasuki tahun keempat menolak rencana reklamasi di Teluk Benoa. Semangat melawan makin kuat dan itu telah dibuktikan pada akhir pekan lalu. Puluhan ribu orang tumpah ruah di perempatan jalan raya utama Denpasar-Nusa Dua. Dari aktivis lingkungan sampai penglisir atau sesepuh adat bergantian berorasi. Aksi itu melumpuhkan aktivitas jalan akibat macet sepanjang nyaris 10 kilometer.

Menolak reklamasi Teluk Benoa bagi masyarakat Bali tak sekedar menyelamatkan ruang hidup dari dampak lingkungan akibat reklamasi. Ini soal menjaga kawasan suci. Bagi mereka penolakan ini merupakan bentuk bakti bagi tanah Bali.

Sesepuh adat menegaskan reklamasi Teluk Benoa bertentangan dengan filosofi Tri Hita Karana - tiga penyebab terciptanya kebahagiaan. Reklamasi bakal mengancam 70 titik suci. Pura, Loloan, Campuhan, Muntig, Padang Lamun, bahkan Pura tidak kasat mata yang diyakini ada di sana. Meski keyakinan itu tidak bisa dibuktikan dan dikuantifikasi, masyarakat dan umat Hindu Bali meyakini itu. Bagi mereka, Teluk Benoa mewarisi banyak nilai dan filosofi yang membentuk budaya dan cara orang Bali memperlakukan alam, Tuhan, dan sesama manusia.

Surat telah dikirim sebelum takbir lebaran berkumandang. Surat itu adalah bentuk dukungan bagi Menteri Susi agar bisa mengambil keputusan sesuai aspirasi seluruh masyarakat adat Bali. Mereka ingin kawasan Teluk Benoa kembali jadi kawasan konservasi. Demi tetap melindungi kawasan suci ini.  

  • reklamasi teluk benoa

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!