OPINI

Dewasa Berpolitik

Demonstrasi di Hong Kong tolak RUU Ekstradisi

Hong Kong tengah didera aksi unjuk rasa yang panjang. Aksi ini bahkan dianggap sebagai salah satu kekerasan massa terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Persoalannya adalah rencana amandemen UU Ekstradisi. Undang-undang ini memungkinkan pihak berwenang di Cina daratan, Taiwan dan Makau untuk mengekstradisi tersangka yang dituduh melakukan kejahatan. Bagi publik, ini sama saja dengan ada penahanan sewenang-wenang, pengadilan yang tidak adil serta penyiksaan.

Unjuk rasa ini begitu besar, serta bertenaga – karena sudah berlangsung sejak awal Juni lalu. Ini memperlihatkan besarnya gerakan pro-demokrasi di sana. Sementara itu di Indonesia, survei yang dilakukan Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) justru menunjukkan adanya penurunan tren berdemokrasi, terutama setelah aksi massa 21-22 Mei 2019. Salah satunya: publik semakin takut bicara politik.

Jika ketakutan ini terus menerus ada, kita seperti menutup ruang dialog yang sebetulnya tercipta di alam demokrasi. Jika ruang ini tak dipakai, maka ini adalah sebuah kesia-siaan. Enggan bicara politik sebetulnya bukan sesuatu yang sulit dipahami.  Sebab pada dasarnya manusia menyukai harmoni. Lebih baik diam dalam whatsapp grup keluarga ketimbang merusak hubungan persaudaraan.

Tapi justru ini yang mesti sama-sama kita perbaiki. Harusnya kita biasa saja bicara soal politik. Mungkin tak ubahnya bicara soal klub bola favorit atau kesukaan lainnya. Kita justru harus belajar menyikapi perbedaan dengan biasa-biasa saja. Supaya tak terlalu tegang kalau bertemu orang yang berbeda pendapat, supaya tak lantas menciptakan kubu ‘kita’ dan ‘mereka’. Kedewasaan berpolitik memang adalah suatu proses yang mungkin tak pernah berhenti. Tapi survei terakhir ini adalah alarm, supaya kita terus merefleksikan kepada diri sendiri. Supaya tak perlu takut bicara politik, juga tak perlu takut berbeda pendapat politik. 

  • demokrasi
  • SMRC

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!