OPINI

Laut Lestari

Ilustrasi: terumbu karang rusak.
Ilustrasi: terumbu karang rusak.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan lebih 35 persen terumbu karang di Indonesia dalam kondisi rusak. Penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI juga menemukan 30 hingga 59 persen padang lamun dalam kondisi yang tidak sehat. Hasil verifikasi  data dari 108 di seluruh perairan Indonesia hanya sekitar 6 persen terumbu karang yang dalam keadaan sangat baik. Sedangkan padang lamun dari 150 ribu hektare yang  tersebar di 423 lokasi hanya 5 persen yang dalam kondisi baik.

Menurut LIPI tren perbaikan kondisi lingkungan kelautan sebenarnya  menunjukkan arah yang terus membaik. Sayangnya dalam 2 tahun terakhir kecenderungannya menurun. Penyebabnya, terjadi pemutihan karang ditambah serangan  infeksi dan hama. Pemutihan karang terjadi lantaran kenaikan suhu air laut akibat anomali cuaca El-Nino. Hal ini diperburuk dengan  kerusakan akibat ulah manusia. Mulai dari teknik penangkapan ikan yang buruk, reklamasi sampai pembangunan permukiman di pesisir.  


Indonesia saat ini memiliki sekitar 10 persen total terumbu karang di dunia. Sedangkan untuk wilayah segitiga karang dunia, sumbangan luasan terumbu karang Indonesia mencapai 34 persen. Itu sebab negeri ini menjadi negara dengan  kekayaan jenis karang tertinggi di dunia. Jumlahnya mencapai 569 dari 845 jenis karang di dunia.  


Mumpung kemarin dunia baru saja memperingati hari laut, sepatutnyak kondisi ekosistem tempat berkembang biak beragam biota laut itu diberi perhatian lebih. Pemangku kepentingan di kelautan sepatutnya menjadikan hasil penelitian LIPI itu sebagai bahan penyusunan kebijakan termasuk upaya rehabilitasi hingga konservasi. Demi laut Indonesia yang lestari. 

  • terumbu karang rusak
  • Pusat Penelitian Oseanografi LIPI
  • padang lamun

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!