OPINI

Merajut Kembali Kebangsaan

Ilustrasi: Indonesia bersatu

Pemilu 2019 telah berakhir dengan berbagai catatan keberhasilan, juga kekurangan. KPU  sudah menyelesaikan rekapitulasi suara nasional. Selamat kepada pemenang, dan hormat kepada yang belum beruntung. 

Kini saatnya bangsa ini menyelesaikan berbagai persoalan pascapemilu, terutama merajut kembali tenun kebangsaan yang terkoyak karena beda pilihan. Sejak pilkada DKI 2017 dilanjut dengan Pemilu tahun ini, situasi politik sangat membara. Masyarakat umumnya terpolarisasi karena beda pilihan politik yang diperparah dengan politik identitas. 

Perbedaan politik merobek persahabatan hingga hubungan kerabat. Bahkan mengarah pada sikap yang sangat ekstrem; menolak hasil pemilu dengan mengeluarkan aura kekerasan. Polarisasi politik berbasis politik identitas itu kini tak hanya ada di tingkat elite, tapi sudah sampai ke akar rumput. Pada tingkat tertentu, ini bisa mengancam hubungan antarwarga, khususnya bagi mereka yang masuk kelompok minoritas. 

Kondisi ini ibarat luka tubuh yang harus segera dipulihkan. Jika tidak, luka akan semakin parah dan bisa mengancam jiwa. Laporan Forum Ekonomi Dunia 2019 memprediksi polarisasi politik sebagai salah satu ancaman terbesar yang akan dihadapi banyak negara di tahun ini. Ancaman terbesar kedua, setelah perubahan iklim. 

Seruan rekonsiliasi sudah digaungkan berbagai pihak, termasuk eks Ketua Mahkamah Konstitusi Moh Mahfud MD. Ia menemui banyak tokoh yang punya massa. Upaya pemerintahan Jokowi untuk merangkul kubu Prabowo juga patut diapresiasi sebagai upaya memulihkan persatuan bangsa yang terbelah.

Beban tanggung jawab mendamaikan bangsa ini ada di pundak semua orang, terutama para tokoh yang punya massa dan bobot suara. Para pengguna media sosial, terutama para pendukung calon presiden, juga tidak perlu memanaskan situasi. Kini saatnya berdamai. Bangsa ini bisa besar karena bersatu. 

  • KPU
  • Pemilu 2019
  • Pilpres 2019

Komentar (1)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • Waluyo5 years ago

    Pemilu, membuat pilu. Berapa banyak orang keluar dari WA grup alumni, kelompok pertemanan bahkan grup WA keluarga? Berapa banyak orang unfollow dan unfriend di sosmed? Mari bersatu kembali.