OPINI

Homofobia

Ilustrasi: Diskriminasi kelompok LGBT

Orang yang ketakutan biasanya cenderung melakukan tindakan membela diri, mencari rasa aman, menyelamatkan diri dan sekitarnya. Tetapi, ketakutan ekstrem atau fobia kerap menimbulkan sikap bias dan pandangan tak rasional.

Apa yang terjadi di kampus Universitas Sumatera Utara setidaknya memperlihatkan kondisi itu.

Rektorat USU mencopoti semua pengurus pers mahasiswa Suara USU, hanya karena media kampus itu memuat cerita fiksi tentang seorang yang memiliki orientasi seksual berbeda. Pengelola kampus menganggap pemuatan cerita itu sudah menyimpang dari visi misi kampus.

Sikap reaktif itu muncul tanpa didahului dialog, atau mencari tahu duduk perkara dan latar belakang. Sebuah sikap tidak rasional yang jauh dari jiwa kritis dan merdeka, yang umumnya menjadi kebanggaan perguruan tinggi. 

Homofobia atau ketakutan ekstrem terhadap orientasi seksual berbeda, sudah menyebar kemana-mana. Jika sebelumnya homofobia  menjangkiti individu-individu, kini mulai menguat homofobia oleh institusi, lembaga bahkan negara.

Ketika dunia global sedang memerangi homofobia atas nama kemanusiaan dan kesetaraan, di sini justru sebaliknya. Persekusi , diskriminasi  hingga intimidasi terus menimpa kelompok LGBT .

Aroma kampanye pemilu juga kental nuansa homofobia. Bahkan tidak sedikit partai dan politisi ingin betul menghukum atau memenjarakan LGBT. Memanfaatkan isu LGBT untuk mendulang suara, dan menyerang kelompok lain yang berniat melindungi hak dan martabat kemanusiaan dari kelompok minoritas ini.

Segala fobia, termasuk homofobia sudah membuat orang kehilangan akal sehat.  

  • LGBT
  • diskriminasi LGBT
  • homofobia

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!