OPINI

Jual HAM, Siapa Mau?

Ilustrasi Debat Capres Jualan HAM-Potret Aksi Kamisan

Debat pertama calon presiden-wakil presiden pertengahan Januari mendatang segera hadir. Komisi Pemilihan Umum (KPU)  menyodorkan tema bidang ekonomi, pendidikan, lingkungan hidup dan hak asasi manusia (HAM). Isu HAM jadi yang pertama dibahas. Dan seperti pertemuan, kesan pertama bisa jadi menentukan. Terlebih Joko Widodo-Maruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terbilang rentan dalam isu yang kerap hanya jadi komoditas ini.

Sampai di penghujung jabatan Presiden, Jokowi tidak bisa memenuhi janji politik menyelesaikan kasus HAM masa lalu. Pemerintah justru harus diingatkan Komnas HAM  dengan 8 rekomendasi pada peringatan Hari HAM Desember lalu. Kepala negara diminta memerintahkan Jaksa Agung menyidik 10 berkas penyelidikan Komnas HAM, serta menyelesaikan konflik agraria. 

Komitmen Prabowo Subianto  dalam isu HAM juga patut diragukan. Bekas Komandan Jenderal Kopasus TNI AD ini diduga terlibat pelanggaran HAM masa lalu. Antara lain penculikan dan penghilangan paksa sejumlah aktivis pada 1997-98.

Itu sebab, KPU dan panelis perlu serius meramu pertanyaan yang jauh dari kesan retoris. Panelis harus jeli menakar bobot pertanyaan bagi masing-masing calon. Pertanyaan untuk keduanya tidak bisa disamakan, lantaran Jokowi sudah diberi mandat satu periode kepemimpinan. Alasan Jokowi terkait mandeknya pengusutan kasus HAM mesti diblejeti sampai tuntas. Sedangkan komitmen Prabowo untuk mengungkap kebenaran kasus penculikan dan keberadaan orang-orang yang masih hilang perlu diuji. 

Jaminan penegakan hukum kasus HAM harusnya jadi prioritas pasangan terpilih. Walau terasa klise, kata "jaminan" jadi kunci mengingat tuanya kasus pelanggaran HAM. Sebagian besar saksi kejahatan kemanusiaan itu sudah membawa kisah kelam itu ke dalam kubur. Sedang yang hidup, tak selera membeli janji seputar HAM.  

  • KPU
  • debat capres
  • Komnas HAM
  • Prabowo Subianto
  • penculikan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!