OPINI

Hasut

Sidang perdana Ahok

Sidang perdana Gubernur Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama diwarnai isak.  Ahok, terdakwa penodaan agama itu, tak sanggup menahan emosi kala menyampaikan nota keberatan. Ahok terisak saat bercerita tentang mendiang ibu angkat yang seorang Muslim taat. Ia sedih lantaran didakwa menista agama -  yang sama artinya menista orang tua angkat yang sangat dia hormati dan sayangi.

Usai sidang raut kesedihan masih tampak kesedihan di wajah Ahok. Melaui media sosial lantas beredar foto Ahok dipeluk oleh seorang perempuan berjilbab yang seolah ingin menghiburnya. Perempuan itu adalah sang kakak angkat, yang membuat Ahok terisak tadi. 

Di luar arena sidang, isak Ahok dijadikan cemoohan oleh para pengunjukrasa. Pun di dunia maya, nota keberatan dan tangisan dijadikan amunisi hasutan untuk memperkeruh. Ada  yang menilai tulus, ada pula yang sinis. Hingga semalam tagar  #AirMataBuaya jadi trending topic di Twitter.

Media bisa memperjelas atau memperkeruh keadaan. Mesti cermat memilih bacaan dan tontonan bila tak ingin sesat arah. Apa yang terjadi di Sabu Raijua Nusa Tenggara Timur kemarin, bisa jadi pelajaran. Warga marah dan menghakimi seorang lelaki yang entah dengan alasan apa menganiaya murid SDN 1 Seba.

Pasca peristiwa, lantas beredar kabar adanya sekelompok pendatang  yang menyerang anak-anak SD hingga menewaskan 3 orang. Faktanya, anak-anak terluka, bukan tewas. Tapi massa tak peduli untuk mengeceknya. Hasutan berbuah amuk membuat mereka menggeruduk dan menghakimi pelaku di tahanan hingga tewas. Akibat sas-sus yang beredar, massa juga merusak warung-warung milik pendatang.

Ketika kerusakan telanjur terjadi dan korban jatuh, tak ada yang diuntungkan. Yang ada adalah rusaknya akal sehat dan makin maraknya kebencian. Dan  pemenangnya adalah para penghasut.  

  • Basuki Tjahja Purnama
  • Sidang Perdana
  • AirMataBuaya
  • SDN 1 Seba

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!