Hari-hari ini, ibukota bisa dipastikan bakal lebih lengang. Jalanan sepi karena memasuki libur Lebaran, langit biru karena polusi berkurang. Diperkirakan bakal ada 1 juta mobil yang keluar dari Jakarta untuk mudik. Ini ditambah lagi dengan angka pemudik dengan moda transportasi lainnya. Seiring tingginya tarif pesawat, moda angkutan laut kembali dilirik dan terbukti mengalami lonjakan penumpang.
Sampai saat ini, belum ada insiden besar terkait mudik. Tentu, semoga tidak ada. Kapolri Tito Karnavian menandai dua penyebab lancarnya mudik tahun ini. Yaitu infrastruktur jalan tol Trans-Jawa yang sudah bisa dipakai serta libur Lebaran yang panjang. Mengelola jutaan orang yang lalu lalang antar kota pada saat nyaris bersamaan adalah sebuah tantangan tersendiri. Dan setiap tahun, pemerintah kita selalu diuji kesiapannya di lapangan.
Kesiapan pemerintah menghadapi hajatan massal tahunan ini mestilah diikuti dengan perilaku kita sebagai pemudik di jalanan. Etika berkendara dan memakai fasilitas publik mesti dijaga karena jalanan, rel kereta, tol, kereta api, pesawat dan lainnya adalah milik bersama. Percuma saja fasilitas yang baik jika tak diikuti perilaku pemakainya yang baik juga.
Bulan Ramadan dan Idulfitri selalu ditandai sebagai masa untuk refleksi diri serta ikhtiar menuju diri yang lebih baik. Ini bisa dimulai dengan menjaga etika sebagai pemudik yang baik. Setelah itu, boleh juga refleksi masa Lebaran ini dibawa ke tingkat lain: meruntuhkan tembok akibat perbedaan pandangan politik di antara kita. Selamat mudik!