OPINI

Gema Takbir, Gema Damai

"Tak ada gunanya jika seusai Ramadan masih tergoda mencaci, menghina dan merendahkan sesama. Tak ada gunanya ibadah Ramadan jika masih terus menyebar kabar bohong dan ujaran kebencian. "

KBR

Selamat hari raya Idulfitri
Ilustrasi: Selamat hari raya Idulfitri

Gema takbir berkumandang seantero negeri, juga di seluruh penjuru mata angin. Seruan memuji keagungan Tuhan menandai berakhirnya bulan suci Ramadan dan masuk bulan kemenangan dan kegembiraan. 

Seruan takbir meluncur syahdu dengan penuh kerendahan hati. Tak ada aroma kemarahan, kedengkian atau amarah membabibuta seperti kerap dipertontonkan sekelompok orang yang membawa-bawa nama Tuhan di jalanan.

Takbir mengiringi jutaan orang yang rela menempuh perjalanan jauh untuk mendatangi sanak saudara, handaitulan. Bersilaturahmi saling melebur khilaf. Idulfitri tak hanya eksklusif milik umat Islam, tapi milik semua. 

Ini juga hari dimana kasih sayang ditebar, damai ditabur. Setelah sekian bulan bangsa ini terbelenggu beda pilihan politik yang mengikis persaudaraan dan persahabatan, kini saatnya tenun kebangsaan dirajut kembali.

Para tokoh agama semestinya membawa pesan-pesan damai itu di mimbar-mimbar khotbah Idulfitri. Para tokoh politik juga semestinya ikut menyebarkan pesan-pesan damai itu saat bertemu politisi lain dan konstituen. Para pejabat dan aparatur sipil juga mesti turut mengabarkan pesan-pesan damai Idulfitri ke masyarakat. 

Setelah sebulan menjalankan ujian ibadah puasa, kini saatnya menguji lulus tidaknya ujian itu. Tak ada gunanya jika seusai Ramadan masih tergoda mencaci, menghina dan merendahkan sesama. Tak ada gunanya ibadah Ramadan jika masih terus menyebar kabar bohong dan ujaran kebencian. Kini saatnya mengakhiri itu semua. 

Selamat Idulfitri. Mohon maaf lahir batin. Damai untuk semua. 

  • Idulfitri 2019

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!