OPINI

Siap Mudik

"Tahun lalu ada 28,9 juta jiwa pemudik, tahun ini pemerintah harus putar otak agar 31,9 juta jiwa pemudik bisa menempuh perjalanan dengan aman dan selamat sampai tujuan, pun saat kembali nanti."

Pintu Tol Kertasari Tegal
Pintu Tol Kertasari di Tegal akan dibuka untuk kendaraan pemudik yang melintas dari arah Jakarta menuju Pemalang-Batang-Semarang. (Foto: Antara/Muhammad Adimaja)

Jutaan orang segera tumpah ruah di berbagai ruas jalan di Sumatera, Jawa, Sulawesi, hingga Kalimantan dan mencapai puncaknya akhir pekan ini dalam tradisi tahunan bernama; mudik.

Pekerjaan mewujudkan mudik aman dan nyaman tiap tahun bukan perkara mudah. Tantangannya juga meningkat saban tahun sejurus peningkatan jumlah pemudik. Jika tahun lalu tercatat ada 28,9 juta jiwa pemudik, tahun ini pemerintah harus putar otak agar 31,9 juta jiwa pemudik bisa menempuh perjalanan dengan aman dan selamat sampai tujuan, pun saat kembali nanti.  


Keamanan dan kelancaran di ruas-ruas jalur mudik jadi perhatian utama. Berkejaran dengan waktu, masih ada pengerjaan ruas tol yang dikebut dan ditargetkan selesai pada H-2 Lebaran. Ada ribuan titik rawan macet dipetakan dan perlu diantisipasi. Yang juga tak boleh kendor adalah pengecekan atas kelayakan moda angkutan lebaran yang bakal mengangkut pemudik. Tidak hanya soal ruas jalan dan kesiapan angkutan, berbagai sarana pendukung juga tak boleh luput, termasuk area istirahat hingga mobil pendistribusi BBM. Tentu kita tak ingin 'neraka Brexit' 2016 terulang.


Mudik bukan hanya soal tradisi silaturahmi agar perayaan Idul Fitri menjadi afdol. Tapi juga ujian pada sistem manajemen transportasi dan lalu lintas. Keberhasilannya bukan hanya tugas pemerintah, melainkan juga pemudik. Perilaku pengguna jalan berkontribusi pada kenyamanan dan kelancaran mudik, mulai dari menjaga stamina saat mudik, memilih jalur mudik yang tepat, mengatur waktu mudik hingga berkendara dengan baik.

  • mudik 2018
  • brexit mudik 2016
  • mudik aman

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!