OPINI

Alarm Isu Kesehatan Jiwa

Ilustrasi: Depresi

Setiap kali ada kasus bunuh diri, pembicaraan soal kesehatan mental menyeruak kembali ke permukaan. Nama desainer Kate Spade, koki Anthony Bourdain atau adik Ratu Belanda mungkin tak akrab. Tapi kabar kematian mereka seketika membunyikan alarm juga bagi kita soal pentingnya isu kesehatan jiwa.

Di Indonesia, angka kasus bunuh diri cukup membuat khawatir. Tahun 2012, Badan Kesehatan Dunia mencatat ada 10 ribu kasus kematian akibat bunuh diri - naik dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Data yang lebih lama menyebut kalau ada 100 ribu orang di Jakarta yang pernah mencoba bunuh diri. Itu sama dengan 274 orang per hari. Dan itu baru dari satu kota saja. 

Sampai hari ini, belum tentu orang bisa dengan terbuka dan lantang bicara kalau dia depresi - titik yang bisa memicu terjadinya bunuh diri. Malu, serta banyaknya stigma, membuat korban enggan bicara. Enggan bicara artinya tak ada dorongan untuk mencari pertolongan. Kalaupun siap mencari pertolongan, tak ada yang memadai. Indonesia baru punya ratusan psikolog klinis, psikiater dan perawat jiwa untuk ratusan juta penduduk di tanah air. Angka yang jomplang dan mengkhawatirkan ketika Indonesia ikut menyumbang sepertiga kasus bunuh diri tahunan di dunia. 

Undang-undang tentang Kesehatan Jiwa yang sudah ada sejak 2014 mesti segera ditindaklanjuti, termasuk dengan anggaran yang cukup. Tapi tak perlu menunggu sampai itu semua terjadi. Kuncinya adalah mencari pertolongan di tengah segala keterbatasan. Segera.

 

  • bunuh diri
  • kesehatan jiwa
  • UU Kesehatan Jiwa

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!