OPINI

Radikalisme Membawa Duka

"Terasa akrab di telinga karena semuanya pernah terjadi di Indonesia. Sebab perbedaan antarkelompok hari-hari ini seperti sumber malapetaka, yang bisa bergulir jadi perundungan sampai kekerasan. "

Militer berjaga di depan gereja Kolombo Srilanka pascabom
Militer Sri Lanka berjaga di depan St. Anthony's Shrine, gereja Kochchikade setelah sebuah ledakan di Kolombo, Minggu (21/4/2019). (Foto: Antara/REUTERS/Dinuka Liyanawatte)

Sampai semalam sudah 200 orang lebih tewas akibat rentetan ledakan bom di Sri Lanka. Total ada 8 ledakan bom yang terjadi dalam sehari, tepat saat perayaan Paskah. Sasaran serangan adalah sejumlah hotel dan gereja. Laporan intelijen menyebutkan, pelakunya diduga NTJ, sebuah kelompok radikal Islam. 

Masih di Sri Lanka, setahun lalu. Komunitas Buddha menyerang sejumlah usaha dan masjid umat Muslim. Kerusuhan berawal dari tewasnya seorang pria Buddha oleh sekelompok Muslim pekan sebelumnya. Pemerintah sampai menerapkan keadaan darurat selama 7 hari supaya kekerasan tak menyebar ke daerah lain.

Meski Sri Lanka berjarak ribuan kilometer dari Indonesia, apa yang terjadi di sana terdengar sangat akrab di telinga kita. Terorisme. Radikalisme atas nama agama. Kelompok radikal dari suatu agama menyerang umat dari agama lain karena dianggap berbeda. Terasa akrab di telinga karena semuanya pernah terjadi di Indonesia. Sebab perbedaan antarkelompok hari-hari ini seperti sumber malapetaka, yang bisa bergulir jadi perundungan sampai kekerasan. 

Coba lihat Sri Lanka - tahun ini, kelompok Islam radikal yang menyerang; tahun sebelumnya, komunitas Buddha radikal yang menyerang. Siklus kekerasan bisa terus bergulir kalau hidup melulu soal saling membalas dan tak menghargai perbedaan. Kelompok radikal bisa ada di agama mana pun. Tapi begitu juga dengan kelompok yang damai, yang mencintai perbedaan dan mengedepankan persatuan. Kita semua justru mesti merapat ke sana demi sama-sama menjaga Indonesia. 

 

  • terorisme
  • kelompok radikal

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!