OPINI

Debat Capres Minim Ide Brilian

"Radikalisme juga terus menguat. Tahun lalu saja ada 160 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan, naik dibandingkan tahun 2017. "

KBR

Jokowi menghampiri Prabowo usai debat capres ke-4
Capres 01 Joko Widodo dan capres nomor 02 Prabowo Subianto berjabat tangan usai debat capres putaran keempat di Jakarta. (Foto: Antara/Hafidz Mubarak).

Pada Debat Capres  akhir pekan lalu, kedua calon presiden sama-sama menekankan kalau Pancasila  itu final. Di soal ini, memang tak ada perdebatan yang berarti, meski juga tak ada solusi yang brilian soal bagaimana menggulirkan ide Pancasila ini ke tataran praktis. 

Baik Joko Widodo  maupun Prabowo Subianto  menginginkan Pancasila terus diajarkan di sekolah. Prabowo spesifik menyebut, ia ingin Pancasila terus diajarkan sampai ke tingkat pendidikan S3. Sementara Joko Widodo menekankan pada melesapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Tak ada yang betul-betul baru dari solusi yang ditawarkan kedua calon presiden. Bahwa Pancasila itu penting, ya. Bahwa Pancasila itu banyak dirongrong, itu situasi yang harus disadari bersama. Sampai saat ini, Pancasila masih diajarkan di bangku sekolah — terlepas dari cara pembawaannya membosankan atau tidak. Tapi itu pun tetap menghadapkan kita pada situasi yang mengkhawatirkan. Tahun lalu saja ada 160 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan, naik dibandingkan tahun 2017. Radikalisme juga terus menguat. 

Karenanya perlu ada terobosan baru dalam melekatkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Karena realita di lapangan terlalu mengerikan untuk diabaikan atau dibiarkan. Dan ini adalah PR besar yang solusinya harus lebih cemerlang dari sekadar mengajarkan Pancasila di bangku sekolah.  

  • debat capres
  • Jokowi
  • Prabowo Subianto
  • Pilpres 2019
  • Pancasila

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!