Bencana banjir bandang dan longsor di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua mengakibatkan 80 warga kehilangan nyawa, dan 40an lainnya belum ditemukan. Selain merusakkan sarana dan prasarana, bencana juga mengakibatkan ribuan warga terpaksa mengungsi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menengarai bencana terjadi karena rusaknya lingkungan di kawasan Pegunungan Cyclop. Lokasi cagar alam itu sejak 16 tahun silam, dirambah untuk permukiman. Kerusakan diperparah dengan penebangan liar dan penambangan di kawasan cagar.
Pada 5 tahun silam, duta besar Norwegia menyampaikan kekecewaannya saat mengunjungi Pegunungan Cyclop. Kunjungan dimaksudkan mengecek manfaat bantuan sejumlah 1,2 juta dolar atau setara 17 miliar rupiah untuk menjaga kawasan cagar. Alih-alih melihat kawasan yang terlindungi, justru yang ditemui tak jauh dari pos satgas pengamanan cagar yang dibangun dengan dana hibah itu, menjadi tempat penambangan pasir. Sungguh ironis dan memalukan.
Kini keteledoran itu berbuah bencana yang memakan korban puluhan jiwa. Pemerintah harus bertanggung jawab memperbaiki dan memulihkan kembali kawasan cagar alam. Karena hanya dengan pemulihan inilah bisa dicegah terulangnya petaka lingkungan.