OPINI

Optimalkan Sistem Mitigasi Bencana

"Peta rawan longsor dari Pusat Vulkanologi seharusnya bisa jadi pegangan bagi pemerintah daerah untuk mitigasi bencana. Seharusnya juga jadi pegangan masyarakat yang tempat tinggalnya kategori rawan."

KBR

Mitigasi bencana alam erupsi anak gunung krakatau
ABK KRI Torani 860 meneropong proses erupsi Gunung Anak Krakatau saat berlayar di Selat Sunda, Lampung, Selasa (1/1/2019). (Foto: Antara/Sigid Kurniawan).

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada pertengahan Desember lalu menyampaikan paparannya. Yaitu meningkatnya potensi ancaman pergerakan tanah sampai jelang Tahun Baru 2019. Peta potensi ini rutin diperbarui setiap bulan demi meningkatkan antisipasi dan manajemen risiko. Saat itu ada 47 kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, yang masuk kategori rawan pergerakan tanah, yang bisa mengakibatkan longsor. 

Betul saja. Longsor menimbun 30 unit rumah jelang malam pergantian tahun. Tepatnya di Kampung Adat Cimapag, Desa Sirnaresmi, Cisolok, Sukabumi. Evakuasi terus dilakukan terhadap 20an orang yang tertimbun longsor. 

Peta rawan longsor dari Pusat Vulkanologi seharusnya bisa jadi pegangan bagi pemerintah daerah untuk mitigasi bencana. Seharusnya juga jadi pegangan masyarakat yang tempat tinggalnya masuk kategori rawan. Tapi apakah itu semua sudah terjadi? Ini penting untuk dipastikan karena kita hanya bisa membenahi respons kita terhadap bencana dengan bekal informasi yang cukup. 

Per Januari 2019, peta prakiraan longsor di wilayah Sukabumi sudah diperbarui. Ada 33 kecamatan di sana yang masuk kategori longsor menengah hingga tinggi. Pemerintah daerah mesti bergerak cepat mengolah data yang ada, memberikan informasi yang menyeluruh pada warga, meningkatkan antisipasi serta menyiapkan mitigasi yang diperlukan. Karena satu korban saja sudah terlalu banyak. 

  • PVMBG
  • tanah longsor
  • mitigasi bencana

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!