OPINI

Berpikiran Terbuka

Berpikiran Terbuka
Warga membubuhkan cap tangan saat aksi

Semalam, Presiden Joko Widodo mengingatkan kita soal bahaya media sosial. Bahwa itu bisa memecah belah kehidupan berbangsa dan bernegara. Karenanya, Jokowi meminta supaya pengaruh media sosial diwaspadai. Sebab ada banyak ujaran kebencian, hasutan dan kabar bohong yang justru lebih banyak hadir di lini masa.

Setiap hari seperti bermunculan contoh-contoh baru soal ini. Pembakaran markas Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) di Bogor menurut Polisi bermula dari kabar bohong atau hoax di media massa. Informasi bergerak cepat di media sosial, tanpa verifikasi dan pengecekan, dan menyulut terjadinya pembakaran. Ke-20 tersangka diduga diduga terpicu emosi karena mendengar salah satu anggota Front Pembela Islam jadi korban pengeroyokan.

Contoh lain yang juga masih hangat terkait Debat Cagub Jakarta. Debat sudah usai sejak Jumat malam, tapi masih tetap hangat sampai sekarang. Setiap kubu mempertahankan jagoannya masing-masing – kadang masih dalam taraf yang menghibur, sampai ke fase saling menyerang.

Aktivis internet Eli Pariser menyebut soal efek gelembung filter. Setiap pencarian di internet itu tercatat dan cenderung memerangkap kita pada informasi yang sering kita cari. Artinya, seseorang yang berpandangan A akan lebih banyak terpapar informasi terkait A – entah itu benar atau bohong. Begitu juga dengan mereka yang berpendapat B. Dengan begitu, semua orang sibuk dalam gelembungnya masing-masing – tak peduli apa yang jadi pendapat pihak lain.

Gelembung ini yang harus kita jebol. Berpikiran terbuka, sambil terus memeriksa semua informasi yang beredar, jadi wajib dilakukan di tengah banjirnya informasi di ujung jari Anda. Kita mesti terus belajar menghargai pendapat orang lain, seberapa pun itu berbeda dengan pendapat kita.  

  • gelembung filter
  • Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI)
  • berita hoax
  • Social Media
  • FPI

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!