NUSANTARA

Kenali Gangguan Psikosomatik

"Gangguan psikosomatik berbeda dengan gangguan mental, karena psikosomatik menyerang baik psikis dan fisik"

Kenali Gangguan Psikosomatik
Ilustrasi Foto: Creative Commons

KBR, Jakarta – Apakah Anda pernah merasakan sakit fisik, tapi ketika periksa ke dokter tidak ditemukan masalah secara fisik? Bisa jadi itu adalah gangguan psikosomatik.

Istilah psikosomatik berasal dari dua kata: psikis, berarti jiwa dan somatik yang artinya badan. Secara sederhana ganggaun psikosomatik bisa diartikan sebagai penyakit pada badan yang disebabkan oleh pikiran.

“Jadi dua keadaan ini, psikis dan somatik saling memengaruhi. Prinsipnya gangguan pikiran ini akan memengaruhi fungsi hormon. Maka orang yang punya gangguan psikologis atau pikiran bisa mempengaruhi semua sistem pada tubuh,” ujar dr. Hamzah Shatri, SpPD-Kpsi, Mepid, Spesialis Penyakit Dalam RSCM dalam program Ruang Publik KBR, Selasa (4/12/2018).

Fobia atau takut pada sesuatu hal, susah tidur dan sakit perut adalah bentuk kecemasan yang merupakan tanda psikomatis. Gejala ini biasanya berjalan pelan-pelan sehingga orang tak menyadari jika mengalami psikomatis. 

Hamzah mengatakan, masyarakat Indonesia masih menganggap gangguan psikosomatik sebagai gangguan pikiran biasa sehingga kerap dibiarkan. Padahal, menurut Hamzah, stressor atau keadaan yang menimbulkan respon stres dan datang secara terus menerus merupakan ciri utama dari gangguan psikosomatik.

Semua sistem tubuh bisa terkena gangguan ini. Namun, keluhan paling banyak datang dari bagian jantung, ulu hati dan lambung. Menurut Dokter Hamzah Shatri, hal itu disebabkan karena sistem tersebut diikuti oleh para saraf otonom yang berhubungan dengan faktor psikologis. Misalnya, ada yang merasa sakit maag, padahal ketika diperiksa ke dokter tidak ada apa-apa.

"Jika sering merasa ada keluhan pada jantung akibat gangguan psikomatis, lama-kelaman akan beneran muncul penyakit jantung," ucapnya.

Apa pengobatan yang mesti dilakukan untuk menyembuhkan gangguan psikosomatik ini?

“Biasanya kita melakukan diagnosis multi axial. Jadi kita diagnosis dari berbagai sisi mulai dari psikis, psomatik hingga stressor-nya,” kata dr Hamzah.

Gangguan psikosomatik kerap kali bisa diobati dengan pengobatan psikoterapi hingga menggunakan obat-obatan yang diperlukan sesuai penyakit. Artinya, jika penderita mengalami gangguan pada maag-nya, maka penyakitnya diberikan obat penghilang rasa maag, sambil mengeliminasi pusat dari stressor-nya.

“Kunci dari pengobatan ini adalah harus obati secara holistik, menyeluruh. Kita tidak membedakan mana yang harus diobati lebih dahulu, apakah psikis dulu atau somatik. Tapi keduanya serta pusat stress dari penderita harus sama-sama segera dibenahi,” jelasnya.

Hal yang juga mesti diperhatikan adalah, gangguan bisa menyerang siapa saja, tanpa dibatasi usia. Anak-anak yang mengalami perundungan (bullying) di sekolah atau lingkungan juga bisa menderita gangguan ini.

Meski anak belum mengerti mengenai gangguan psikosomatik, tapi Hamzah menyatakan para orang tua bisa mengetahui gejala gangguan ini dari tingkah laku sang anak.

“Jika terjadi perubahan tingkah laku pada anak, orang tua mulailah melakukan pendekatan. Ajak anak bicara sehingga mereka bisa menceritakan apa yang mereka rasakan,” kata Hamzah.

Menjaga komunikasi tetap lancar antara anggota keluarga bisa menjadi salah satu faktor mencegah gangguan psikosomatik. Karena, kata Hamzah, kerap kali stressor justru datang dari hubungan di dalam keluarga yang kurang harmonis.


Editor: Agus Luqman

  • Gangguan psikosomatik
  • psikologi
  • kesehatan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!