BERITA

Petani dan Pemuda di Kediri Demo Tuntut Jokowi Nasionalisasi Freeport

"Freeport yang sudah 48 tahun beroperasi dinilai tidak memberikan manfaat bagi masyarakat Papua dan bangsa Indonesia. "

Petani dan Pemuda di Kediri Demo Tuntut Jokowi Nasionalisasi Freeport
Pemuda Kediri Demo Freeport di Simpang Lima Gumul-Kediri.

KBR, Kediri - Sekira 50-an petani dan pemuda di Jawa Timur melakukan aksi di Simpang Lima Gumul-Kediri. Mereka menuntut Presiden Joko Widodo agar berani menasionalisasi tambang PT Freeport Indonesia. Koordinator Front Nasionalisasi Freeport Wilayah Jawa Timur, Azhar Kurniawan mengatakan, keberadaan Freeport yang sudah 48 tahun beroperasi di Indonesia tidak memberikan manfaat bagi masyarakat Papua dan bangsa Indonesia.

"Bangsa kita dijajah, kita hanya mendapat kerusakan alam dan kekacauan sosial. Justru Amerika yang mendapatkan keuntungan dari kekayaan alam yang kita miliki. Karena itu kami mendesak Jokowi agar menasionalisasi Freeport 100 persen tanpa syarat," ujar Azhar.


Dalam aksi tersebut, Azhar juga menolak rencana pembentukan Pansus  Freeport yang akan dilakukan DPR. Ia beralasan Pansus Freeport akan menjadi "guyonan politik" seperti sidang kode etik bekas Ketua DPR Setya Novanto di Mahkamah Kehormatan Dewan.


"Perjuangan menasionalisasi Freeport ini budaya perlawanan rakyat. Rakyat yang tertindas oleh Amerika dan Freeport, budaya berani itu kita miliki, kalau jadi Pansus, nanti yang ada budaya taman kanak-kanak," jelas Azhar.


Sebelumnya, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan akan membentuk Panitia Khusus (Pansus) Freeport. Fahri mengklaim sudah ada 25 anggota DPR yang mendukung pembentukan Pansus Freeport. 


Editor: Rony Sitanggang

  • Front Nasionalisasi Freeport
  • kediri
  • Pansus Freeport
  • Koordinator Front Nasionalisasi Freeport Wilayah Jawa Timur
  • Azhar Kurniawan
  • Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!