PILIHAN_REDAKSI

Abon Tuna Berlian Laut, Segar dan Tanpa Pengawet

Abon Tuna Berlian Laut, Segar dan Tanpa Pengawet

Konon katanya, sebagian besar wilayah Indonesia raya terdiri dari air seperti  Sungai, danau, dan laut. Nah, salah satu biota yang hidup dalam air adalah ikan. Banyak yang gemar makan ikan? Selain nikmat, banyak juga gizinya. Ikan tak hanya bisa digoreng, direbus atau dipanggang, tapi bisa diolah juga. Salah satunya diolah jadi abon.

Salah satu produsen olahan ikan yang berasal Lamongan Jawa Timur, Berlian Laut, sudah memanfaatkan potensi ikan untuk diolah menjadi abon dan aneka cemilan lainya.


Owner Berlian Laut, Shofia Aqilah mengatakan, abon yang diproduksinya sejak 2012 ini, diolah secara hygienis dan tanpa bahan pengawet. Ikannya pun segar, karena langsung berasal dari  nelayan.


“Sebelum dipasarkan, abonnya dicoba dulu. Proses mengolah abon butuh waktu 3 hari. Gak mudah bikin abon, karena sering jamuran.Tapi kita terus belajar dan  belajar,” ujarnya saat berbincang bersama  KBR pada Program Obrolan Ekonomi, Juma't (11/12/2015).


Untuk mengolah abon tuna, diperlukan sekitar 100-200 kilo ikan tuna per bulan. Abon yang diproduksinya ada 4 varian rasa : manis, pedas, original dan  pedas manis. Berdasarkan pengalamannya, menurut Shofia, beda daerah beda selera. Orang Bandung, misalnya tak suka dengan rasa manis, jadi mereka memesan abon dengan rasa yang pedas atau original.


Meski bisnis ini masih skala UKM atau rumahan, namun Sofhia mengaku bisa mendapatkan Omzet sekitar 10-11 juta per bulan. Padahal  modal awalnya  hanya Rp.500.000.


“Untuk penjualannya berdasarkan kemitraan saja, siapa yang mau silahkan ambil ke tempat saya. Untuk reseller, minimal pembelian Rp. 2 juta. Musim penjualan yang ramai biasanya Desember, karena jelang tahun baru. Tapi dari Oktober sudah mulai ramai” ujarnya.


Saat ini, selain di gerai di rumah sendiri, penjualan abon pun dilakukan via on line melalui website . Agar abon tuna produksinya semakin dikenal masyarakat, Sofhia pun sering ikut pameran yang diadakan swasta atau pemerintah utnuk mempromosikannya. 

Saat ini, usaha abon milik  Sofhia sudah mempunya 20 reseller, termasuk di Jakarta, Surabaya dan Tarakan, Kalsel. Sementara untuk rencana ekspor masih dalam proses. Kisaran harga abon  yang diolahnya Rp.16.000 untuk ukuran 100 gr. Sedangkan bobot 50 gr, harganya Rp10.000.

Namun, geliat usaha yang dilakukannya, bukan tanpa kedala. Penjualan via on line yang dikirim ke luar jawa seperti Bali atau Kalimantan, menurut Sofhia ,terkadang butuh waktu lama untuk sampai. Ongkos kirimnya pun mahal. Begitu pun dengan harga cabe yang sering membumbung  tinggi, tentu ini menyulitkan. Bahkan, sampai saat ini Sofhia mengaku belum punya karyawan tetap.

Meski begitu, niat untuk terus berwirausaha terus digalakkannya. Ini bisa dilihat dari beraneka ragamnya produk Berlian Laut. Tak hanya abon, ada pula aneka krupuk, kripik belut dan snack ikan.


“Kripik belut misalnya, berasal dari belut laut yang berwarna putih. Cara membuatnya difilet, diberi tepung dan bumbu, lalu digoreng. Maka jadilah kripik. Kalau untuk snack, ikan lautnya tidak musiman, jadi tak repot. Dalam waktu dekat kita akan produksi oseng tuna asap” pungkasnya.  

  • abon
  • abon ikan tuna
  • kripik ikan
  • krupuk ikan
  • ikan laut
  • ikan Tuna
  • Berlian Laut
  • Lamongan

Komentar (2)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • polarin xinindo8 years ago

    wah abon nya ada berbagai rasa yah, pesas manis.

  • Mizan6 years ago

    Produknya apa aja gan?