NUSANTARA

Indikator Pendidikan dan Kesehatan Lemah, IPM NTB Bertengger di Posisi 33

"KBR, Mataram - Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi NTB kembali berada pada urutan buncit. Yaitu berada para posisi 33 dari 34 provinsi di Indonesia."

Zainudin Syafari

Indikator Pendidikan dan Kesehatan Lemah, IPM NTB Bertengger di Posisi 33
NTB, indeks pembangunan manusia

KBR, Mataram - Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi NTB kembali berada pada urutan buncit. Yaitu berada para posisi 33 dari 34 provinsi di Indonesia.

Tahun 2012 lalu, posisi IPM NTB berada di peringkat 32, namun setelah adanya pemekaran provinsi baru di Kalimantan, posisi NTB melorot ke peringkat 33. Masih rendahnya mutu pendidikan dan kesehatan masih menjadi penyebab utamnya.

Kasi Analis Lintas Sektor Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB Ni Nyoman Sri Suyasni Pura mengatakan, capaian IPM NTB sebenarnya cukup bagus yaitu dari 66,89 pada tahun 2012 menjadi 67,73 tahun 2013. Namun masih berada di bawah rata-rata nasional sebesar  73,81 persen.

Dalam hal kesehatan misalnya, warga NTB yang masih buang air besar sembarangan hampir 50 persen. Sementara rumah tangga yang mendiami rumah kurang sekhat yaitu sekitar 80 persen.

"Kita masih bisa melihat ya BAB tanpa tangki septic yang masih sembarangan. Kita termasuk masih sangat tinggi dalam BAB tanpa tangki septic ini 50 persen masih BAB sembarangan. Kita masih lebih jelek dari Maluku sama Papua Barat. Kemudian rumah tidak sehat, kita hampir 80 persen,” kata Nyoman Sri Senin (22/12).

Sehingga daya beli masyarakat membaik, dari Rp 645 ribuan pengeluaran perkapita pertahun pada tahun 2012, naik menjadi Rp 648 ribuan pada 2013. Untuk daya beli ini, rata-rata semua kabupaten/kota mengalami perbaikan dari tahun 2012 ke 2013.

Editor: Pebriansyah Ariefana

  • NTB
  • indeks pembangunan manusia

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!