NUSANTARA

Kiprah dan Prestasi Gayuh, Atlet Catur Difabel Yogyakarta

"Bermain catur sudah dilakukan Gayuh Satrio sejak kecil. Kala itu, ia bermain catur dengan teman-teman ayahnya yang main ke rumah."

Kiprah dan Prestasi Gayuh, Atlet Catur Difabel Yogyakarta
Gayuh Satrio bersama kedua orang tuanya usai menerima penghargaan dari Pemda DIY di GOR Amongrogo Yogyakarta, Selasa, (08/11/2022). Foto: KBR/Ken Fitriani

KBR, Yogyakarta– Bermain catur sudah dilakukan Gayuh Satrio sejak kecil. Kala itu, ia bermain catur dengan teman-teman ayahnya yang main ke rumah.

Cerita ini kembal dikisahkan Ibu Gayuh, Herni Miji Astuti, saat menemani anaknya menerima bonus Rp300 juta dari Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Bonus diberikan atas prestasinya sebagai atlet catur difabel asal Yogyakarta, pada ajang ASEAN Para Games XI Solo 2022 yang digelar beberapa waktu lalu.

Penghargaan Gubernur Anugerah Prestasi diterima penyandang low vision tersebut di GOR Amongrogo Yogyakarta, Selasa, 08 November 2022. 

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), low vision adalah kondisi kerusakan pada sistem penglihatan seseorang, yang tak bisa dikembalikan ke keadaan normal, meski sudah dibantu dengan kacamata atau lensa kontak.

"Gayuh memang suka catur dari kecil karena teman-teman ayahnya main ke rumah dan bermain catur. Kalau diceritakan, hati ini rasanya terharu. Dari lahir Gayuh sudah ada kekurangan dalam penglihatannya," ujar Herni Miji Astuti.

Ibu Gayuh, Herni Miji Astuti menambahkan, perjalanan Gayuh sampai titik sekarang ini bukanlah sesuatu yang mudah. Banyak rintangan yang dihadapi, namun semangat dan keikhlasan Gayuh menerima kekurangannya menjadi titik balik prestasinya saat ini.

Diangkat Jadi PNS

Atas prestasinya, Gayuh diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Pemuda dan Olahraga. Di sana, ia ditugaskan untuk meningkatkan prestasi dan memotivasi atlet lain.

"Alhamdulillah Gayuh diangkat jadi PNS di Kemenpora. Tugasnya ya berlatih dan terus berlatih," kata ibu dua anak tersebut.

Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X mengatakan penghargaan yang diberikan Pemda DIY ini sebagai bentuk konkret dan dukungan untuk para atlet yang telah berhasil mengharumkan nama daerah dan nasional.

"Pemberian penghargaan ini dipandang perlu dilakukan mengingat prestasi yang diraih oleh para altlet baik secara langsung maupun tidak langsung. Besar harapan kami agar penghargaan yang diberikan tidak dipandang dari besaran nominal, tapi sebagai niat baik dan ketulusan Pemda DIY agar penerima dapat meraih cita-cita tertinggi yang diimpikan," terang Paku Alam.

Tambahan Semangat

Bagi Gayuh, penghargaan itu bisa menjadi tambahan semangat untuk terus meningkatkan kualitas dan prestasi ke depan. Ia mengaku, sangat bersyukur, karena semua usahanya mendapat apresiasi dari Pemerintah DIY.

"Bonus ini nanti digunakan untuk membahagiakan orang tua dan masa depan. Ini menjadi tambahan semangat untuk saya untuk ke depannya," ujarnya.

Gayuh mengatakan, dirinya berhasil membawa pulang 2 emas dan 3 perak dalam cabor catur kilat, klasik dan beregu. Sebelum berlaga, Gayuh berlatih keras di pelatnas maupun dari pelatih pribadi. Sebab, Gayuh harus menghadapi lawan-lawan berat dari beberapa negara.

"Di kelas catur klasik, cepat, kilat perorangan dan beregu. Dapat dua emas dan tiga perak. Persiapannya kemarin sebelum menghadapi pertandingan di ASEAN Para Games itu ada pelatihan pelatnas sebelum menghadapi tanding itu," katanya usai menerima penghargaan.

Dalam waktu dekat ini, Gayuh sudah harus kembali mempersiapkan diri dan masuk pelatnas lagi untuk bertanding di ajang internasional yang diselenggarakan di China. Sebelumnya Gayuh juga berhasil menyabet emas pada ASEAN Para Games 2017 di Kuala Lumpur dan Asian Para Games 2018 di Jakarta.

Baca juga:

Editor: Sindu

  • Atlet Catur Difabel Yogyakarta
  • Gayuh Satrio
  • Atlet Difabel
  • Difabel

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!