BERITA

Sultan Minta Warga Tentukan Menu Makanan di Pengusian Merapi

Sultan Minta Warga Tentukan Menu Makanan di Pengusian Merapi
Gubernur DIY Sri Sultan HB X bersama Bupati Sleman Sri Purnomo saat melakukan kunjungan ke pengungsian Glagaharjo, Cangkringan, Selasa (10/11/2020). (Foto: Ken)

KBR, Yogyakarta- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X bersama Bupati Sleman, Sri Purnomo mengunjungi pengungsian Merapi yang berada di Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Selasa (10/11/2020). Dalam kunjungan itu, Sultan meminta supaya penentuan menu makanan dipilih sendiri oleh warga.

“Saya punya harapan yang menentukan makan itu bukan yang memasak di dapur, tapi warga masyarakat yang mau makan. Jadi dengan begitu lauknya apa yang menentukan warga sendiri, sehingga tidak ada makanan yang dibuang," kata Sultan.

Menurut Sultan, dari pengalaman erupsi yang terjadi pada tahun 2010 lalu, banyak pengungsi yang berpindah tempat ke pengungsian lainnya. Alasannya, karena makanan yang ada di pengungsian lainnya dirasa lebih enak dan menarik.

“Mereka telpon-telponan dengan pengungsi lain. Wah rumangsaku kok enak nang kono. Lalu mereka pindah," jelas Sultan.

Adanya mobilitas pengungsi tersebut, lanjut Sultan, merepotkan pemerintah dan juru masak yang bertugas. Sebab mereka harus kembali melakukan pendataan secara berkala. Sultan berharap pengalaman di tahun 2010 lalu tidak kembali terulang.

“Pengalaman seperti itu tidak perlu terjadi. Sebetulnya kalau kepingin menunya toh juga bisa memasak menu yang sama. Tapi bukan terus pindah," tandas Sultan.

Sebelumnya BPPTKG telah menetapkan peningkatan status Gunung Merapi dari Waspada ke Siaga pada Kamis (5/11/2020), mulai pukul 12.00 WIB. Radius bahaya ditetapkan 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

Editor: Friska Kalia

  • Erupsi Gunung
  • erupsi Merapi
  • DI Yogyakarta
  • Sultan
  • BPBD

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!