PILIHAN REDAKSI

Jakarta Menjadi Pilot Project Pengolahan Minyak Jelantah

Jakarta Menjadi Pilot Project Pengolahan Minyak Jelantah

Tau kan dengan minyak jelantah? Itu tuh, minyak goreng yang sudah pernah digunakan untuk menggoreng. Kalau digunakan untuk menggoreng berkali-kali atau diluar batas, bisa menimbulkan penyakit kanker, lho. Tapi jangan juga langsung dibuang, karena minyak jelantah bisa diolah menjadi sabun dan biodiesel.


Namun sayang, menurut Peneliti dari Institut Studi Transportasi INSTRAN, Muhammad Suhud, pemerintah masih enggan mengajak masyarakat untuk mengolah  minyak jelantah ini, karena masih dinilai sebagai skala kecil, jadi susah mengumpulkannya dan terkesan ribet. Padahal, Suhud mengklaim, jika kita putus rantai terbesarnya, maka dampak ke bawahnya akan selesai. Kalau tidak, maka kerugian ekonomi dan kesehatan akan semakin besar.


Nah, untuk itulah saat ini, Jakarta menjadi pilot project pengolahan jelantah, jika berhasil akan ditiru ke daerah lain. Karena, dengan mengolah minyak jelantah, bearti kita bisa mengurangi emisi kendaraan bermotor, dan bisa diklaim menurunkan emisi gas rumah kaca.


"Potensi minyak jelantah di DKI Jakarta, ada 177 ribu liter per bulan untuk sektor komersial, seperti hotel bintang 4 atau 5. Sementara kalau dari sektor sosial, seperti Rumah Sakit, dan sekolah menghasilkan sekitar 200 ribuan liter per bulan. Jadi total potensinya sekitar 350 ribuan liter per bulan," ujarnya saat berbincang bersama KBR pada program Bumi Kita, Kamis (12/11/2015).   


red Peneliti dari Institut Studi Transportasi INSTRAN, Muhammad Suhud, saat berbincang  bersama KBR pada program Bumi Kita, Kamis (12/11/2015).  


Di Indonesia, skala yang paling besar menggunakan jelantah, ada di sebuah yayasan di Bali. Sekali produksi, yayasan yang mendapat donor dari Swiss ini menghabiskan 1 ton minyak jelantah.  Untuk penyaluran pemasoknya, mereka bekerjasama dengan hotel untuk dijadikan sebagai pembangkit listrik genset. Minyak jelantah, tak hanya  bisa digunakan untuk kendaraan yang menggunakan bahan bakar solar atau bermesin diesel, tapi bisa juga untuk generator listrik . 


Ia menjelaskan, masyarakat  di beberapa suku, selama ini banyak menggunakan jelantah sebagai bahan baku pembuatan campuran sambal, karena katanya membuat rasa menjadi enak. Sementara, sebagian masyarakat, membuang minyak jelantah ke wastafel jika tidak digunakan.


“Nah, minyak jelantah  yang dibuang bisa mencemari air dan tanah. Sementara kalau digunakan untuk  membuat sambal atau makanan, bisa  timbulkan penyakit berbahaya kalau digunakan dalam jangka waktu lama. Minyak jelantah bukan untuk dibuang tapi dikumpulkan untuk diolah. Mengolah minyak jelantah dalam menjadi bio diesel skala kecil, hanya butuh waktu 6 jam saja,” katanya.


Ia menambahkan, potensi minyak jelantah bisa dijadikan biodiesel dengan melalui tahap proses esterifikasi , yang mencampurkan zat kimia, didiamkan dan terpisahlah kompenennya. Komponen yang paling berat menjadi gliserin menjadi bahan baku sabun, dan  80 persen bahan diatasnya menjadi bio diesel yang sifat-sifat kimianya setara dengan sollar,” jelasnya.


Ia menambahkan, sabun yang dibuat dari gliserin minyak jelantah tidak membahayakan, karena akan dimurnikan atau dicuci kembali, yang bahaya jika termakan.


Nah, bagi warga Jakarta yang ingin kirimkan minyak jelantah skala kecil, silahkan antar ke Yayasan Konpalindo, Jl.Kelapa Hijau no.99 Jagakarsa, Jaksel. Sementara kalau skala besar, bisa disalurkan ke PT. BME  yang beralamat di  Hotel Salak, Bogor.


Nah, sudah siap mengantarkan minyak jelantah ke tempat tersebut..?.   

  • minyak jelantah
  • jelantah
  • minyak goreng
  • biodiesel
  • sollar
  • mengolah minyka jelantah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!