NUSANTARA

Ormas Islam dan Rusaknya Makam Keturunan Hamengkubuwono VI

"Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda DIY melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah Organisasi Massa (Ormas) Islam yang ada di Yogja."

Star Jogya

Ormas Islam dan Rusaknya Makam Keturunan Hamengkubuwono VI
Ormas Islam, Hamengkubuwono VI, Yogya

KBR68H, Sleman - Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda DIY melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah Organisasi Massa (Ormas) Islam yang ada di Yogja.

Hal itu dilakukan untuk mengusut tuntas kasus perusakan makam trah Hamengkubuwono VI yang terjadi beberapa waktu lalu.

Kepala Sub Direktorat I Keamanan Negara (Kamneg), Ditreskrimum Polda DIY, AKBP Djuhandani menegaskan kepolisian tidak berhenti dalam mengungkap siapa dalang di balik perusakan makam trah HB VI.

Saat ini pihaknya dalam proses memeriksa sejumlah ormas Islam untuk dimintai keterangan terkait perihal latar belakang dari perusakan makam tersebut.

Selain itu Majelis Ulama Indonesia (MUI) DIY juga sudah dimintai keterangan. Pada pekan lalu sebanyak tiga ormas yang sudah diperiksa dan pekan ini Ditreskrimum merencanakan pemanggilan terhadap tiga ormas Islam lagi untuk dimintai keterangan.

“Pemeriksaan sifatnya global terutama kaitannya dengan isi selebaran [yang ditinggal di sekitar makam], karena kami juga ingin mendapat masukan. Tokoh ormas Islam, termasuk MUI,” ungkapnya akhir pekan lalu.

Ia menambahkan kepolisian masih mencari kesamaan modus dengan mempelajari temuan selebaran di sekitar lokasi. Salahsatu komunikasi dalam memeriksa ormas Islam yang ada di Jogja yakni menanyakan keterjalinan, relevansi antara isi selebaran perusakan yang dilakukan.

Hanya saja menurut Djuandani, isi selebaran dengan perusakan memang belum ada relevansinya.

“Di dalam selebaran di tuliskan misalnya soal zina, tapi dia merusak mungkin dengan alasan syirik, itu tidak nyambung menurut pemikiran kami,” ujarnya.

Karena itu pihaknya masih mendalami secara serius kasus tersebut. Hingga saat ini pihaknya memang belum menemukan titik terang terhadap siapa pelaku perusakan. Akantetapi ditegaskan Djuhandani, bahwa ia sudah mengantongi suatu petunjuk yang mengarah ke siapa pelakunya.

“Makanya pekan depan [pekan ini] akan dijadwalkan pemeriksaan lagi terhadap Ormas Islam yang ada di Jogja tentunya,” kata dia.

Menangani kasus ini pihaknya tidak bisa gegabah dengan alasan alat bukti yang cukup minim. Apalagi dugaannya dilakukan oleh sekelompok massa. Karena sesuai aturan hukum tidak bisa menduga pelaku pada suatu kumpulan massa organisasi atau lebih global melainkan harus secara spesifik pada perseorangan.

Bukan Kali Pertama


Aksi perusakan terhadap makam Kanjeng Pangeran Puruboyo I di komplek Masjid Sulthoni, Wotgaleh, Sendangtirto, Berbah Sleman Sabtu (23/11/2013) bukan yang pertama

Pangeran Puruboyo I atau dikenal dengan Purboyo memiliki nama asli Jaka Umbaran. Ia merupakan putra dari Panembahan Senopati yang lahir dari istri putri Ki Ageng Giring.

Juru kunci makam Kanjeng Pangeran Puruboyo, Mas Ngabehi Muh Zamroni menjelaskan pada bulan November ini tercatat tiga kali aksi menggulingkan maejan atau nisan kecil makam Kanjeng Pangeran Purboyo dan istrinya.

“Kalau yang kemarin sekitar jam 6 lebih sedikit kami tahunya. Ini sudah tiga kali selama sebulan yaitu tanggal 13, 18, 23 kemarin itu,” terangnya saat ditemui di komplek pemakaman Minggu (24/11).

Karena sempat terjadi perusakan makam leluhur di Jalan Kusumanegara Jogja beberapa waktu lalu, ia pun merasa khawatir. Karena itu aksi pelaku yang ketigakalinya kemudian dilaporkan ke kelurahan.

Sedangkan pihak Kelurahan Sendangtirto kemudian menginformasikan ke Polsek Berbah.

Ia menambahkan, pelaku diduga dilakukan satu orang dengan ciri yang nyaris sama. Bahkan sempat mengaku sebagai warga salahsatu kecamatan di Kota Yogja dan berpakaian ala muslim.

“Terakhir itu ingatan saya sepertinya menggunakan motor Kawasaki,” kata Mas Ngabehi.

Sumber: Star Jogya
Editor: Anto Sidharta

  • Ormas Islam
  • Hamengkubuwono VI
  • Yogya

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!