NUSANTARA

Upaya Papua Barat Antisipasi Ancaman Krisis Pangan Dunia

"Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkenunan Papua Barat, Yakob Fonataba mengatakan persiapan itu dilakukan untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan dunia. "

Arjuna Pademme, Astri Septiani

Upaya Papua Barat Antisipasi Ancaman Krisis Pangan Dunia
Ilustrasi: Presiden Joko Widodo menanam kelapa genjah di Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (11/8/2022).(Foto: ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho)

KBR, Jayapura- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat sedang menyiapkan puluhan hektare lahan untuk ditanami pangan lokal. Puluhan hektare lahan itu berada di Kampung Susweni, Distrik Manokwari Timur, Kabupaten Manokwari.

Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkenunan Papua Barat, Yakob Fonataba mengatakan persiapan itu dilakukan untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan dunia.

Kata dia, langkah ini merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang meminta pemerintah di daerah turut mengantisipasi ancaman krisis pangan dunia.

"Luasannya kurang lebih ada 43 hektare, budidaya tanaman itu, komoditi tanaman pangan itu adalah ubi jalar, ubi kayu (singkong), keladi. Kemudian hortikultura adalah cabe, kemudian tomat, kemudian terong, kacang pajang, dan sayuran lain-lain yang dapat menjadi bahan pangan bagi masyarakat," kata Yakob Fonataba dalam siaran persnya, Selasa, (4/10/2022).

Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkenunan Papua Barat, Yakob Fonataba menambahkan, pengelolaan lahan itu akan melibatkan semua organisasi perangkat daerah atau OPD di lingkungan Pemprov Papua Barat, dan masyarakat.

Nantinya, setiap OPD di lingkungan Pemprov Papua Barat akan diberikan lahan untuk dikelola, dan ditanami tanaman pangan lokal.

Katanya, semua bibit tanaman yang akan ditanam nantinya disiapkan oleh Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Papua Barat.

Krisis Pangan

Sebelumnya, pada Agustus lalu, Presiden Joko Widodo mengingatkan soal krisis pangan yang kini melanda sebagian negara di dunia. Setidaknya 300 juta orang berada pada situasi kekurangan pangan akut, dan kelaparan yang sudah mulai terjadi di beberapa negara.

Menurut presiden, jika tidak ada solusi untuk mengatasi hal tersebut, bukan tidak mungkin jumlah orang yang terdampak krisis pangan bisa bertambah hingga 800 juta orang. Untuk itu, Jokowi mendorong pemanfaatan lahan-lahan di pekarangan rumah agar produktif.

"Kita ingin lahan-lahan yang tidak produktif itu diproduktifkan. Urusan cabai, urusan ini yang seharusnya rumah tangga-rumah tangga di desa itu bisa menanam itu, di polybag atau di pekarangannya, sehingga tidak ada yang namanya kita ini kekurangan cabai atau harga cabai naik drastis. Ini yang baru dikerjakan oleh Kementerian Pertanian," kata Jokowi di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, Kamis, (11/8/22).

Kelapa Genjah

Pernyataan presiden tersebut disampaikan dalam kegiatan penanaman Kelapa Genjah Sebar (KEJAR), yang merupakan bagian dari kegiatan Perkebunan Merdeka.

Penanaman perdana kelapa genjah dilakukan di Solo Raya (Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali). Targetnya 200 ribu batang yang ditanam bertahap dan tersebar di tiga kabupaten tersebut.

"Lahan-lahan yang tidak produktif ditanami seperti sekarang yang kita lakukan, kelapa genjah, yang nanti hasilnya (terlihat dalam) dua tahun, 2,5 tahun. Setahun bisa produksi satu pohon bisa 180 buah yang itu bisa dibuat gula semut, bisa dibuat minyak kelapa, yang juga bisa dijual buahnya untuk minuman segar," tambahnya.

Selain bertujuan untuk kemandirian pangan, kegiatan ini juga diharapkan dapat memberikan tambahan pendapatan rumah tangga, baik dari hasil tanaman kelapa, maupun pada setiap musim dari tanaman sela (jagung, cabai), dan hasil ternak (kambing dan ayam).

Baca juga:

Editor: Sindu

  • Krisis Pangan
  • ancaman krisis pangan
  • Pemprov Papua Barat
  • Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkenunan Papua Barat
  • Papua Barat

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!