BERITA

Trauma Kerusuhan, Sejumlah Guru Masih Enggan Kembali ke Wamena

Trauma Kerusuhan, Sejumlah Guru Masih Enggan Kembali ke Wamena

KBR, Jakarta - Sejumlah guru asal Wamena yang mengungsi ke Jayapura masih enggan kembali ke daerahnya. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua Elias Wonda.

“Minggu lalu ada beberapa perwakilan guru SMA/SMK dari Wamena yang mengungsi ke Jayapura, ketemu saya, dan mengaku masih trauma, sehingga belum bisa kembali ke tempat tugasnya,” kata Elias seperti dilansir situs Pemprov Papua, Selasa (8/10/2019).

Menurut Elias, sejumlah guru itu belum dapat melupakan kengerian kerusuhan yang terjadi di Wamena dua pekan lalu (23/7/2019).

"Karena trauma dengan peristiwa kerusuhan yang memakan korban jiwa sebanyak 33 orang, serta ratusan rumah, ruko, maupun gedung pemerintahan hangus terbakar," jelasnya.

“Yang pasti para guru ini ingin kembali ke Wamena. Tapi mungkin mereka masih butuh waktu untuk pemulihan,” katanya lagi.


Kapolda Papua Klaim Wamena Aman Terkendali

Di kesempatan terpisah, Kapolda Papua Paulus Waterpauw menyatakan situasi di Wamena sudah aman terkendali. Ia juga mengimbau warga Wamena yang mengungsi agar kembali ke daerahnya.

"Saudara-saudara kita yang mungkin sudah turun ke Timika, Jayapura atau mungkin wilayah lain, bisa kembali. Termasuk yang mungkin sudah mengungsi ke beberapa keluarga di tempat yang lain. Saya pikir kita sangat mendukung. Kami juga terus melakukan upaya langkah-langkah melapisi lagi kekuatan," kata Paulus, Selasa (8/10/2019).

Kapolda Papua pun meminta masyarakat tidak terpengaruh isu-isu menakutkan terkait kondisi Wamena.

"Saya pikir kalau mendapat ancaman seperti itu, misalnya saudara diberi batas waktu meninggalkan suatu tempat, akan ada penyerangan dan lain sebagainya, itu bohong belaka. Kami ada di situ, jangan khawatir," ujarnya. 

  • Rusuh Wamena
  • Pengungsi Wamena
  • konflik papua
  • papua merdeka
  • kerusuhan Papua
  • pengungsi korban konflik

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!