BERITA

Polda Pastikan 6 Polisi Bawa Senjata Api Saat Kawal Demo di Kendari

"Tim investigasi Polri masih menyelidiki apakah senjata api yang mereka bawa itu terkait dengan tewasnya dua mahasiswa demonstran di Kendari."

Polda Pastikan 6 Polisi Bawa Senjata Api Saat Kawal Demo di Kendari
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Banyumas mengecam kekerasan aparat yang diduga menewaskan mahasiswa Universitas Halu Oleo (27/9/2019). (Foto: ANTARA)

KBR, Jakarta - Enam aparat kepolisian dari jajaran Polda Sulawesi Tenggara (Sultra) ketahuan membawa senjata api saat mengamankan demo di Kendari pekan lalu (26/9/2019).

Mereka adalah DK, DM, MI, MA, H dan E. Saat ini keenam orang tersebut dibebastugaskan dan masih menjalani pemeriksaan atas tuduhan melanggar standard operational procedure (SOP) pengamanan unjuk rasa.

"Keenam orang yang dinyatakan melanggar SOP karena membawa senjata api saat pengamanan aksi unjuk rasa 26 September 2019 di Gedung DPRD Sultra, dibebastugaskan," kata Kabid Humas Polda Sultra Harry Goldenhart, seperti dikutip Antara, Senin (7/10/2019).


Baca Juga: Demo Rusuh, Aparat Dibenarkan Pakai Kekerasan?


Masih Diselidiki

DK adalah polisi berpangkat perwira pertama yang menjabat Reserse di Polres Kendari. Sedangkan DM, MI, MA, H, dan E adalah bintara dari Satuan Reserse dan Intelijen.

Tim investigasi Polri masih menyelidiki apakah senjata api yang mereka bawa itu terkait dengan tewasnya dua mahasiswa demonstran, yakni Randi dan Muh. Yusuf Kardawi.

Randi (21) adalah mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Halu Oleo (UHO) yang meninggal akibat luka tembak di dada sebelah kanan, setelah mengikuti aksi demo menolak RKUHP dan UU KPK di depan Gedung DPRD Sultra, Kendari, Kamis sore (26/9/2019).

Sedangkan Muh. Yusuf Kardawi (19) mengalami luka serius di kepala, kemudian meninggal setelah menjalani operasi di RSUD Bahteramas, Kendari, Jumat dini hari (27/9/2019).

Di samping dua orang tersebut, ada juga seorang ibu hamil yang terluka kena tembakan saat kericuhan unjuk rasa itu terjadi.

Menurut identifikasi sementara yang dihimpun Antara, ibu hamil itu terkena peluru berkaliber 9 milimeter di betisnya.

Penyidik dari kepolisian pun mengajak pihak-pihak yang memiliki bukti, atau siapa pun yang menyaksikan peristiwa berdarah tersebut, untuk membantu mengungkap kasus ini.

Editor: Agus Luqman

  • kekerasan aparat
  • demo mahasiswa

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!