BERITA

LSM: Awas, Pemburu Harimau Manfaatkan Informasi dari Media untuk Beraksi

LSM: Awas, Pemburu Harimau Manfaatkan Informasi dari Media untuk Beraksi

KBR, Jambi - Aktivis lingkungan dan pelestari satwa mendorong media agar lebih bijak dan positif dalam memberitakan konflik harimau dengan manusia. 

Staf spesialis di Sumatran Tiger Project, Hisbullah Arif mengatakan kelompok pemburu harimau saat ini diyakini terus melakukan pantauan ke lokasi-lokasi keberadaan harimau untuk diburu, dengan memanfaatkan pemberitaan di media. 

Arif berharap media tidak mengabarkan informasi secara menyolok agar keberadaan harimau tidak diendus oleh para pemburu harimau.

"Kalau terjadi konflik antara manusia dan harimau, temen-temen media cenderung langsung menginformasikan keberadaan harimau itu ke publik, dan itu bisa dimanfaatkan oleh kelompok pemburu," kata Arif dalam kegiatan advokasi dan komunikasi Generasi Pelindung Harimau Sumatra di Sungai Penuh, Jambi, Kamis (5/10/2017).

Sumatran Tiger Project merupakan proyek yang melibatkan Global Environment Facility (GEF), UNDP dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). 

 


red
Petugas kepolisian menunjukkan barang bukti kulit harimau Sumatera saat pengungkapan penjualan kulit satwa di Polda Jambi, Selasa (3/10/2017). (Foto: ANTARA/Wahdi Septiawan)

Arif mengatakan informasi keberadaan harimau yang muncul di pemberitaan media bakal akan menjadi data bagi kelompok pemburu untuk melakukan aksinya di lokasi tersebut. 

Arif juga menyoroti sejumlah pemberitaan media yang menggunakan bahasa negatif ketika menyampaikan informasi mengenai konflik antara harimau dan warga.

"Bahasa yang menyolok ketika memberitakan konflik harimau dan warga bisa menyebabkan keresahan di masyarakat. Misalnya adanya serangan harimau atau ada jejak harimau yang ditemukan---tapi media tidak mengidentifikasi terlebih dahulu," tambahnya.

Dia berharap media menyajikan informasi mengenai konflik antara harimau dan warga secara berimbang dan obyektif, tanpa langsung menyalahkan satwa langka itu. Pencitraan negatif terhadap harimau bisa semakin meminggirkan nasib hewan tersebut.

"Dengan kondisi ancaman terhadap harimau saat ini, kita tidak bisa menilai aspek kesalahan ada pada harimau tersebut. Harus di lihat kondisi di lapangan seperti apa, agar stigma di masyarakat tidak negatif terhadap harimau Sumatera," kata Arif. 

Proyek Sumatran Tiger Project menyebutkan ancaman terbesar terhadap habitat Harimau Sumatra saat ini adalah kerusakan hutan dan kehilangan habitat. Menurut data LSM WWF, angka tutupan hutan yang sebelumnya 25,3 juta hektare tahun 1985 terus menurun hingga 12,8 juta pada tahun 2009. 

Selain itu, Sumatran Tiger Project juga menyebut data WWF yang mencatat sebanyak 50 harimau Sumatra ditangkap setiap tahunnya pada rentang tahun 1998 sampai dengan 2002. 

Baca juga:

    <li><b><a href="http://kbr.id/berita/09-2017/habitat_harimau_sumatera_kini_rata_rata_jadi_perkebunan_sawit_dan_hti/92622.html">Habitat Harimau Sumatera Kini Rata-rata Jadi Perkebunan Sawit dan HTI</a>  &nbsp;</b><br>
    
    <li><b><a href="http://kbr.id/berita/09-2017/tahun_ini_terjadi_ratusan_perburuan_satwa_liar_di_kawasan_ekosistem_leuser/92353.html">Tahun Ini Terjadi Ratusan Perburuan Satwa Liar di Kawasan Ekosistem Leuser</a>  &nbsp;</b><br>
    

Editor: Agus Luqman 

  • harimau Sumatera
  • pemburu harimau
  • pemburuan harimau
  • satwa langka
  • satwa dilindungi
  • perburuan satwa dilindungi
  • harimau sumatra

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!