KBR, Palu – Jumlah kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Kelurahan Watusampu, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Sulawesi Tengah terus bertambah setiap tahun. Beberapa warga yang datang ke Puskesmas yang terkena ISPA bahkan mengaku batuk-batuk darah. Itu sebab, Pemerintah Kota Palu didesak untuk segera memastikan, apakah kegiatan tambang menjadi kerok atas maraknya kasus ISPA di sana.
Di jalan Trans Sulawesi menuju Donggala, kepulan debu tampak pekat. Siang itu, Hamidah, sibuk menyapu lantai Puskesmas Pembantu di Kelurahan Watusampu, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Bidan Puskesmas Pembantu itu bercerita, dirinya menyapu lantai setiap jamnya. Dia tak ingin, para pasien yang datang berobat ke Puskesmas terganggu dengan kepulan debu.
“Coba saja, seret jari telunjuk di atas meja, pasti akan tampak debu-debu halus. Setiap saat meja saya dibersihkan, hanya selang beberapa menit saja sudah berdebu kembali. Tak sampai setengah jam sudah tertutup debu lagi,” jelas Hamidah.
Kepulan debu akibat kegiatan tambang galian C di Kelurahan Watusampu mulai membuat warga prihatin. Setiap mereka datang ke Puskesmas, keluhan warga selalu sama, debu dari kegiatan tambang.
Di Kelurahan Watusampu yang berbatasan dengan Kabupaten Donggala, ada lebih dari enam perusahaan Tambang Galian C. Lokasi tambang yang beroperasi bahkan tak jauh dari permukiman warga. Di sana para pekerja, memotong bukit dan gunung yang ada di sepanjang Teluk Palu. Setelahnya semua sumber material berupa pasir dan kerikil dikumpulkan perusahaan di tepi pantai Teluk Palu. Material tambang akhirnya dipindahkan ke dalam kapal tongkang untuk dikirim ke Balikpapan Kalimantan Timur dan juga untuk kebutuhan reklamasi di Teluk Palu.
Wisran, Ketua Rukun Warga di daerah itu mengatakan dampak penambangan pasir dan kerikil sudah cukup parah. Bahkan menurutnya, banyak warga yang tak sadar kalau mereka menerita infeksi saluran pernapasan aku (ISPA). “Beberapa warga bahkan ada yang sampai batuk darah karena pengaruh kegiatan tambang,” tegas Wisran.
Kecurigaan Wisran juga dirasakan Hamidah, pengelola Puskesmas Pembantu di Watusampu. Saat ditemui di tempatnya bekerja, Hamidah mengatakan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) terus meningkat setiap tahunnya. Sepanjang 2012, ada 556 kasus ISPA yang terdata. Jumlah pengidap ISPA tak berhenti sampai di situ, pada 2013 jumlah kasus penyakit itu mencapai 618 kasus. Sementara hingga Agustus tahun ini, dia mencatat ada 400-an warga yang mengidap ISPA.
“Dalam sepuluh penyakit terbesar di sini, tertinggi ISPA. ISPA sampai 500 – 600 kasus per tahun. Kalau penyakit lain seperti ulu hati hanya 200-an. Agustus ini ada 64 kasus ISPA. Itu terbagi dua, anak-anak 24 kasus dan dewasa 40 kasus,” papar bidan berusia 41 tahun itu.
Selain ISPA, sejumlah pasien juga kerap mengeluh sakit karena batuk berdarah. Hamidah menduga paru-paru sejumlah warga mengalami gangguan yang sangat serius. “Itu harus kita rujuk ke rumah sakit besar. Harus diperiksa apakah paru-parunya parah atau karena hal lain. Bisa saja dari debu. Batuk darah biasanya cenderung tubercolosis, jadi juga bisa dari kuman, bakteri dan lainnya.” jelasnya.
Dari semua faktor pemicu, debu kata Hamidah juga menjadi satu faktor yang bisa memicu ISPA. Tapi apakah hal itu terkait dengan dampak penambangan galian C? Hamidah tak yakin seratus persen. Menurutnya masih harus diteliti lebih jauh lagi.
“Mungkin ada dari mana untuk meneliti. Dari Walhi atau Dinas Kesehatan untuk meneliti penyakit ini. Apakah betul Galian C ini menyebabkan ISPA. Itu sebab saya tak mau patok ISPA karena pengaruh Galian C. Harus ada penelitian dari bagian epidemologi. Tapi pemerintah kota tak pernah datang kemari untuk memeriksa. Padahal sudah ramai berita soal ISPA dan tambang Galian C di koran-koran.”
Hamidah mengaku belum mengadukan fenomena ini ke Dinas Kesehatan Kota Palu. Kecuali saat penyakit kulit mewabah di Kelurahan Watusampu. Waktu itu ada 110 kasus scabies dan 103 kasus alergi kulit. “Dulu banyak penyakit kulit, itu yang saya laporkan. Pas dikirimkan tim untuk memeriksa, ternyata bukan karena air, tapi karena kebersihan. Jadi menurut analisa saya, penyakit kulit banyak terjadi karena masyarakat malas buka pintu. Jadi otomatis rumah lembab kurang masuk cahaya, dan kuman senang berkembang biak di tempat lembab.”
Di sepanjang 12 kilometer panjang jalan Kelurahan Watusampu, tak ada warga yang berkeliaran atau berkegiatan di luar rumah. Semua pintu dan jendela rumah mereka juga tertutup rapat, termasuk ventilasi untuk sirkulasi udara. Menurut penelusuran Hamidah, warga menutup rumah rapat-rapat karena khawatir dengan kepulan debu kegiatan tag galian C. “Saya mengimbau, ventiliasi harus diperhatikan. Kalau sirkulasi udara di rumah tak bagus, pasti banyak penyakit,” tukas Hamidah menambahkan.
ISPA dan Debu Galian C di Teluk Palu
KBR, Palu

Minggu, 12 Okt 2014 18:30 WIB


Palu, ISPA, Galian C, Tambang, Portalkbr
Kirim pesan ke kami
WhatsappBerita Terkait
BERITA LAINNYA - NUSANTARA
Dulu Bacapres, Kini Cak Imin Tak Masalah Jadi Bacawapres Anies
Cak Imin mengaku rela menjadi cawapres meski awalnya bakal menjadi calon presiden.
Bawaslu Banyuwangi Ingatkan Netralitas ASN Bermedia Sosial
“Kami mengimbau kepada ASN untuk tetap menjaga kondusifitas Banyuwangi"
Ribuan Hektare Hutan di Jatim Terbakar
“Ada sekitar 6171,5 hektare yang terbakar, ada yang mungkin abai, puntung rokok atau gimana ya mungkin faktor manusia,”
Kebakaran Meluas, Taman Nasional Baluran Ditutup
“Masih ditutup sampai tanggal 30 September sesuai edaran,"
Operasi Pasar di Kediri, Beras dan Telur Paling Laris
Beras Rp52 ribu per pak.
Gas Beracun, Ratusan Warga Aceh Timur Mengungsi
”Mengimbau masyarakat yang merasakan atau tercium bau yang seperti yang sudah-sudah itu, supaya untuk mengungsi dulu."
Siswa di Rempang Trauma, Mendikbud Diminta Segera Kirim Tim
"Jika ada petugas lewat ataupun berdiri di luar sana, mereka bersembunyi di bawah meja belajarnya. Luar biasa ketakutan mereka, ini tidak boleh kita biarkan."
Ribuan KK di Banyuwangi Menerima Bansos 10 Kg Beras
Total ada 122.047 KK yang menerima bansos beras.
Kaesang Gabung ke PSI, Gibran Enggan Komentar
"Tanya Kesang, tanya saja ke PSI. Jangan ke saya."
Kaesang Gabung ke PSI, Pengamat: Tidak Nyaman di PDIP
"Mestinya kan satu keluarga satu partai, ya mesti di pecat Jokowi kalau Kaesangnya ke PSI."
Komnas HAM Paparkan Temuan Awal PascaBentrokan di Rempang
Dampak asap gas air mata membuat Kepala SMP Negeri 22 Galang, seorang guru dan 10 siswa dilarikan ke fasilitas kesehatan.
Kekeringan, Lintas Agama di Banyuwangi Doa Minta Hujan
"Walaupun airnya menurun kami bersama gabungan Hippa, Hippa anggota dan tokoh masyarakat rembug dengan jalan doa bersama,”
Persiapan Pemindahan ASN ke IKN Nusantara 2024, Ada Pegawai Keberatan?
"Sampai hari ini tidak ada yang ke saya tidak mau dipindah, Justru ada ASN yang tidak masik dalam scenario pindah dia mengusulkan pindah."
Mati Diduga Karena Kelaparan, Walkot Kediri: Saya Kira Tidak
"Kalau kelaparan saya kira tidak, karena tetangga di situ sangat dekat dengan Bu Sri, tetangga juga sering memberikan makanan"
Poster Kaesang dengan Logo PSI Marak di Solo
Poster Kaesang-PSI itu terpasang di berbagai sudut kota Solo. Di persimpangan jalan, sekitar pasar tradisional, hingga jalanan yang padat lalu lintas.
Namaku Mawar, Gibran: Bukan Kaesang
"Kita nggak tahu Mawar itu siapa. Kok sudah menduga-duga itu adik saya, memangnya itu adik saya?"
Banjir Landa 5 Kabupaten di Aceh
”Diperhitungkan dalam minggu ini curah hujan di seluruh Aceh tinggi."
5 TPA di Jateng Terbakar Selama Kemarau 2023
"Yang pertama itu terjadi di Tegal TPA Penujah pada Juni kemarin, yang terakhir kemarin di TPA Jatibarang Kota Semarang tapi sekarang sudah terkendali,"
Kuota 30 Persen Perempuan, KPU Banyuwangi: Parpol Siapkan Pengganti
"Mereka tanda kutip agak menggerutu (keberatan)"
Kebakaran di TPA Sampah Putri Cempo Solo Ganggu Produksi Listrik PLTSa
PLTSa Putri Cempo sejak Mei lalu sudah menjalani uji coba untuk mendapat sertifikasi layak operasi dari Kementerian ESDM, dan akan diresmikan pada akhir Oktober mendatang.
Recent KBR Prime Podcast
Bedah Prospek Emiten Energi dan EBT
Google Podcasts Ditutup Tahun Depan
Kabar Baru Jam 7
30 Provinsi Kekurangan Dokter Spesialis
Kabar Baru Jam 8
Most Popular / Trending