NUSANTARA

Aksi Membatik Pelajar di Cirebon Pecahkan Rekor MURI

"SMPN 18 Kota Cirebon memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) membatik topi dengan peserta terbanyak yakni 515 peserta. Rekor baru ini sekaligus memecahkan rekor sebelumnya yang diraih oleh Pemerintah Pekalongan Jawa Tengah pada 2 Oktober 2011"

Aksi Membatik Pelajar di Cirebon Pecahkan Rekor MURI
Aksi Membatik, Pelajar di Cirebon, Rekor MURI

KBR, Cirebon – SMPN 18 Kota Cirebon memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) membatik topi dengan peserta terbanyak yakni 515 peserta. Rekor baru ini sekaligus memecahkan rekor sebelumnya yang diraih oleh Pemerintah Pekalongan Jawa Tengah pada 2 Oktober 2011 lalu, sebanyak 386 peserta. Penghargaan ke-665 MURI diberikan langsung oleh Senior Manager MURI, Paulus Pangka kepada Kepala Sekolah SMPN 18, Sumiyati.

Proses pembatikan topi dilakukan di halaman SMPN 18 Kota Cirebon melibatkan siswa/siswi dari kelas 7 sampai kelas 9 sebanyak 515 peserta, menghabiskan 1 kuintal lilin/malam, menggunakan 87 kompor gas, dan 70 tabung gas. Tema pembuatan batik tidak ditentukan atau bebas menurut kreasi masing-masing siswa. Ratusan topi batik ini tidak digunakan untuk kelengkapan siswa dalam belajar-mengajar, tetapi akan dipamerkan dalam event tertentu.

Menurut Paulus, membatik dengan media topi baru kali pertama di Indonesia bahkan di dunia. Rekor baru ini juga merupakan kepedulian terhadap warisan budaya bangsa.

“Khusus untuk membatik topi baru di SMPN 18 Kota Cirebon yang melakukannya. Kaos, kain, dan baju sudah banyak,” ujarnya.

Sementara, Kepala Sekolah SMPN 18 Kota Cirebon, Sumiyati menyatakan, kegiatan membatik sudah masuk dalam ekstrakulikuler di sekolahnya. Untuk memecahkan rekor MURI seluruh siswa/siswi sebelumnya berlatih selama dua minggu.

Menurut Sumiyati, pemecaharn rekor MURI ini merupakan rangkaian kegiatan dalam memperingati Hari Batik Nasional. Ide menggunakan topi sebagai media membatik, didapatnya dari survei di internet dan atas saran dari guru-guru.

“Kalau kain, baju, dan sapu tangan sudah pernah ada. Kami bersama petugas sekolah dan guru-guru akhirnya memilih topi untuk dibatik,” tuturnya.

Ia berharap, melalui pemecahan rekor ini seluruh anak-anak bangsa semakin mencintai batik sebagai warisan kekayaan bangsa Indonesia yang harus dilestarikan.

“Tidak hanya di SMPN 18, saya berharap anak-anak lainnya lebih mencintai batik,” katanya.

Salah satu peserta kelas 8, Trie Widiarto (15 tahun) mengaku, walaupun sudah berlatih sebelumnya, ia masih kesulitan membatik di atas topi, karena harus mengatur suhu agar lilin tidak terlalu cair dan tidak terlalu kalis. Sesekali tangannya terkena tumpahan lilin karena sulitnya melukis motif batik dengan canting (semacam alat untuk membatik). Namun, ia merasa senang karena berhasil membuat satu topi batik bermotif bintang-bintang buatan sendiri. (Frans C. Mokalu)

Editor: Anto Sidharta

  • Aksi Membatik
  • Pelajar di Cirebon
  • Rekor MURI

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!