KBR, Mataram - Sebanyak 105 pengungsi di Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) positif terjangkit penyakit malaria. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, Marjito mengatakan, warga masih banyak yang tinggal di tenda-tenda darurat pascagempa bumi. Sehingga, rentan dijangkiti sejumlah penyakit menular.
Itu sebabnya Pemerintah Kabupaten Lombok Barat bergegas menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk kasus malaria sejak Rabu (12/9/2018) kemarin. Warga yang diserang malaria beberapa di antaranya merupakan bayi dan ibu hamil.
Marjito mengatakan, Dinas Kesehatan NTB telah membagikan 135 kelambu insektisida guna mencegah meluasnya malaria di Kecamatan Gunungsari. Kelambu itu berfungsi mencegah gigitan nyamuk pembawa penyakit malaria. Tapi menurutnya, jumlah kelambu yang dibutuhkan masih kurang.
Selain kelambu, dinas juga memerlukan alat pemeriksaan cepat untuk mendeteksi malaria. Karenanya, Dinas Kesehatan NTB telah mengajukan 7 ribu alat deteksi cepat malaria ke Kementerian Kesehatan RI.
"Jadi penemuan kasus secara aktif maupun pasif itu 105, itu yang positif. Yang terbatas ini adalah kelambu, selanjutnya RDT (rapid diagnostic test) atau alat untuk pemeriksaan malaria secara cepat. Stok kami masih tersisa 3.000, namun kemarin langsung kami mengajukan sekitar 7.000 RDT" ungkap Marjito di Mataram, Kamis (13/9/2018).
Marjito mengatakan, Dinas Kesehatan NTB bersama Pemerintah Kabupaten Lombok Barat telah menempuh berbagai upaya untuk menangani wabah malaria. Mulai dari pemberian obat antimalaria, pengasapan, hingga penyuluhan kesehatan. Ia pun mengimbau warga untuk menjaga kebersihan lingkungan pengungsian.
Baca juga:
Editor: Gilang Ramadhan