BERITA

Penganut Islam Aboge Rayakan Idul Adha Hari Ini

"Ratusan warga penganut Islam penanggalan Alif Rebo Wage (Islam Aboge) di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah merayakan Idul Adha hari ini, Minggu (3/9)."

Muhamad Ridlo Susanto

Penganut Islam Aboge Rayakan Idul Adha Hari Ini
Ilustrasi: Umat Islam aliran Aboge di Banyumas saat menunaikan ibadah salat Idul Fitri beberapa waktu lalu. (Foto: ANTARA)

KBR, Banyumas – Berbeda dari ketetapan pemerintah dan umat muslim pada umumnya yang melaksanakan Salat Idul Adha Jumat (1/9), ratusan warga penganut Islam penanggalan Alif Rebo Wage (Islam Aboge) di Desa Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah menjalankan Salat Idul Adha atau Bada Besar pada hari ini, Minggu (3/9).

Imam Masjid Saka Tunggal Baitussalam Desa Cikakak, Sulam mengatakan tahun ini merupakan tahun Za sehingga rumus untuk menentukan 10 Dzulhijah adalah Papat Siji (Empat satu).


Dia menjelaskan, pada Tahun Za, 1 Muharam jatuh pada hari Selasa Pahing. Dengan rumus papat siji itu, dihitung mulai Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu dan ditambah satu hari, maka 10 Dzulhijah tiba pada hari Minggu Legi, 3 September 2017.


Sulam menjelaskan, sebagaimana umat Islam lain, komunitasnya juga menggunakan kalender kamariah atau kalender berdasar rotasi bulan. Namun, berbeda dengan penanggalan hijriah, penanggalan aboge mengenal kalender sewindu atau delapan tahunan. Penanggalan Aboge menurut Sulam adalah perpaduan antara kalender hijriah dengan kalender Jawa.


Menurut Sulam, dalam penanggalan Jawa Aboge, komunitasnya juga mengenal hari pasaran, yakni pahing, pon, wage, kliwon, dan legi. Begitu pula, delapan tahun dalam kalender Aboge memiliki nama masing-masing, yaitu Taun Alif, Ha, Jim Awal, Za, Dal, Ba/Be, Wawu, dan Taun Jim Akhir.


"Untuk perhitungan, tahunnya tahun apa. Katakanlah, untuk menentukan bulan haji, perhitungannya menggunakan angka empat satu. Contoh, tahun ini, (1 Muharam jatuh di) Selasa Pahing begitu, maka empat satunya dihitung hari Selasa, Rabu, Kamis, Jumat. Di bulan besarnya," jelas Imam Masjid Saka Tunggal, Sulam di Banyumas, Minggu (3/9).


"Empat satu ditambah siji (ditambah satu hari-red) hari Jumat sampai dengan hari Minggu, langsung jatuhnya pada 10 Dzulhijah. Itu rumusannya delapan tahunan, yang disebut satu windu," tambahnya.

Baca juga:

Sulam melanjutkan, dari keseluruhan tahun dalam sewindu itu, ada yang kalendernya sama dengan pemerintah. Namun, kadangkala juga berbeda. Misalnya, tahun ini, lantaran tahun Za, maka lebaran Idul Fitri Aboge terpaut dua hari dibanding ketetapan pemerintah.

Karena tahun Za, maka perhitungannya menurutnya menggunakan 'Waljiro', 'Siji Loro'. 1 Muharam pada tahun Za tiba pada Selasa pasaran Pahing. Itu sebabnya, perayaan Idul Fitri tahun ini juga selang dua hari dengan ketetapan pemerintah dan perhitungan Ormas Islam lain. Yakni, Selasa pon.


Menurut Sulam, perhitungan untuk menentukan lebaran tahun berikutnya juga berbeda karena tahun depan adalah tahun Dal.


Dalam perayaan Idul Adha kali ini, panitia kurban Masjid Saka Tunggal menerima lima ekor kambing dari umat muslim setempat. Kambing itu dipotong dan dibagikan usai Salat Idul Adha.


Sulam menambahkan, tak ada yang berbeda dalam pelaksanaan ibadah Salat Idul Adha, maupun ibadah lainnya. Yang membedakan, menurutnya penghitungan kalender saja.




Editor: Nurika Manan

  • Islam Aboge
  • aboge
  • penganut aboge
  • idul adha
  • idul adha aboge

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!