KBR, Bondowoso– Harga tembakau di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur yang tak kunjung membaik mulai membuat petani khawatir.
Petani mengaku mereka terancam rugi hingga puluhan juta jika harga tembakau tak juga mengalami kenaikan.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Bondowoso, Muhammad Yazid mengatakan, saat ini harga tembakau masih dipatok antara Rp30 ribu hingga Rp34 ribu perkilo. Harga tersebut dianggap belum ideal karena biaya perawatan tahun ini lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
“Karena iklim dan cuaca yang kurang baik, maka biaya perawatan juga membengkak,” kata Muhammad Yazid kepada KBR, Jumat (23/9/2016).
Dikatakan Yazid, berdasarkan hasil analisa APTI tahun ini, biaya yang dikeluarkan untuk 1 hektar lahan tembakau melonjak hingga Rp30 juta per hektar. Padahal jika iklim normal, biaya yang dibutuhkan hanya berkisar Rp20 juta hingga Rp25 juta per hektar.
“Ada banyak biaya tambahan karaena cuacanya seperti ini. Makan waktu dan makan biaya. Kalau harga tidak naik, pasti rugi,” ungkapnya.
Selain tingginya ongkos produksi, Yazid mengungkapkan tahun ini produktifitas lahan juga menurun seiring banyaknya serangan hama di ladang tembakau.
“Jika dirata – rata, 1 hektar lahan tembakau biasanya mampu menghasilkan 1 ton tembakau, namun tahun ini hanya berada di kisaran 8 - 9 ton saja.”
Sementara itu, permintaan pabrik akan tembakau asal Kabupaten Bondowoso juga turun drastis tahun ini. Data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bondowoso menyebut, terjadi penurunan hingga 50% dibanding tahun lalu dari 6.000 ton menjadi 3.000 ton saja.
Kabupaten Bondowoso dikenal sebagai salah satu daerah penghasil tembakau terbesar di Jawa Timur. Saat ini terdapat 1.000 hektar lahan tembakau kasturi dan 3.000 hektar tembakau rajangan di Bondowoso. Sejumlah Kecamatan bahkan menjadi sentra tanaman tembakau seperti Wringin, Tamanan dan Jambesari.
Editor: Malika