BERITA

Tolak Penambangan Pasir Ilegal di Lumajang, 'Kancil' Tewas Dianiaya 40 Preman

"Aktivis lingkungan setempat, Aak Abdullah Al Kudus mengatakan, dua warga tersebut dikeroyok dan digebuki oleh sekitar 40 preman yang diduga merupakan orang suruhan kepala desa setempat."

Ninik Yuniati

Tolak Penambangan Pasir Ilegal di Lumajang, 'Kancil' Tewas Dianiaya 40 Preman
Ilustrasi penambangan. (Foto: Antara)

KBR, Jakarta - Seorang warga penolak penampangan pasir ilegal di Desa Selok Awar-awar, Lumajang, Jawa Timur, bernama Slamet alias Kancil, meninggal usai dianiaya preman. Sementara, satu warga lain bernama Tosan, hingga kini masih kritis di Rumah Sakit Dr Haryoto Lumajang.

Aktivis lingkungan setempat, Aak Abdullah Al Kudus mengatakan, dua warga tersebut dikeroyok dan digebuki oleh sekitar 40 preman yang diduga merupakan orang suruhan kepala desa setempat.


"Jadi Pak Kancil itu diambil di rumahnya, terus dibawa ke balai desa. Di balai desa dipukuli beramai-ramai oleh orangnya kepala desa ini, setelah dipukuli di situ, akhirnya dibawa ke areal pemakaman, terus dibunuh di sana, langsung dibunuh di situ. Kemudian, yang satu lagi, namanya Pak Tosan, itu dipukuli di rumahnya, dibacok sampai Pak Tosan lari ke lapangan, tapi tetap dikejar, dikeroyok, dan kondisinya masih kritis di rumah sakit," kata Aak kepada KBR, Sabtu, (26/9).


Aktivis lingkungan Lumajang, Aak Abdullah Al Kudus menjelaskan, kepala desa melakukan penambangan pasir sekitar dua tahun di kawasan pesisir Pantai Selatan Lumajang. Padahal, aktivitas ini tidak memiliki izin karenanya mendapat penolakan warga.

Selain itu, penambangan pasir ditentang karena merusak lingkungan. Kata dia, warga telah berulang kali melaporkan hal ini kepada pemerintah daerah, tetapi tidak digubris.

 

  • aktivis lingkungan lumajang
  • aak abdullah al kudus
  • pantai selatan Lumajang
  • penambangan pasir ilegal
  • Desa Selok Awar-awar
  • penganiayaan
  • Slamet
  • kancil
  • Pemprov Jatim
  • Kementerian ESDM

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!