BERITA

Terbakar Tiap Tahun, Cagar Alam Kersik Luwai Kaltim Dalam Pantauan Ketat

Terbakar Tiap Tahun, Cagar Alam Kersik Luwai Kaltim Dalam Pantauan Ketat

KBR, Balikpapan – Salah satu yang menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Kutai Barat (Kubar) Kalimantan Timur ketika musim kemarau yakni terbakarnya Cagar Alam Kersik Luwai.

Cagar Alam Kersik Luwai merupakan habitat 47 jenis anggrek hitam (Coelogyne pandurata).


Asisten II Pemerintah Kabupaten Kutai Barat Meril Elisa mengatakan setiap tahun kawasan Cagar Alam Kersik Luwai kerap terbakar hingga ratusan hektar.


Tahun lalu bahkan, dari total areal mencapai 5 ribu hektar, sekitar 150 hektar terbakar.


Minimnya fasilitas pemadam dan areal yang luas membuat Pemerintah Kabupaten Kutai Barat selalu kesulitan memadamkan api jika terjadi kebakaran hutan maupun lahan. Saat ini di Kutai Barat terpantau ada 29 titik kebakaran.


"Memang saat ini belum ada laporan kebakaran di areal Cagar Alam Kersik. Biasanya setiap tahun terjadi kebakaran, tapi tahun ini belum ada informasi. Dari 29 titik kebakaran, itu di luar areal Cagar Alam Kersik Luwai. Areal yang terbakar dari 29 titik itu menyebar, ada di Kecamatan Bongan, kemudian di Kecamatan Damai, Muara Lawa," kata Meril Elisa.


Pemerintah Kabupaten Kutai Barat kini terus mengawasi areal Cagar Alam Kersik Luwai melalui menara pengawas maupun masyarakat sekitar, termasuk mengawasi hutan lindung lainnya yang berada di wilayah tersebut.


Saat ditetapkan menjadi Cagar Alam Kersik tahun 1982 lalu, di sana terdapat 75 jenis anggrek. Namun, namun pasca kebakaran hebat pada 1994, bukan saja luasan bekurang, jenis anggrek pun merosot tersisa hanya 47 spesies.


Selain anggrek, di areal Cagar Alam Kersik Luwai juga terdapat tanaman langka lainnya yakni kantong semar.


Editor: Agus Luqman

 

  • Cagar Alam Kesik Luwai
  • Kutai Barat
  • Kalimantan Timur
  • kebakaran hutan dan lahan
  • Cagar alam
  • Karhutla
  • kerusakan lingkungan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!