PILIHAN REDAKSI

Hidup Sehat Dengan Bahan Organik dan Alami Ala Bibong Widyawarti

Hidup Sehat Dengan Bahan Organik dan Alami Ala Bibong Widyawarti

KBR, Jakarta- Apa yang kita gunakan di jaman sekarang ini, tak jauh-jauh dengan bahan kimia, ya. Dari shampoo, sabun mandi, hand body, wadah makanan dari plastik, bahkan bahan makanan atau sayur pun ada saja yang bercampur bahan kimia. Apalagi jajanan anak seperti snack atau makanan  cepat saji. Widih...

Ya, kalau mau yang praktis, seperti itu  memang. Tapi, resikonya ada penyakit yang mengintai dan kita juga jadi boros, lho.


Nah, supaya sehat dan gak boros, bagaimana kalau kita memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di alam atau organik untuk digunakan sehari-hari? Emang bisa? Bisa saja, pegiat hidup organik yang menjalani aktivitas sehari-hari hampir tanpa bersentuhan dengan bahan kimia sintetis, Bibong Widyawarti menjalankan hal ini sejak 1997.


“Conditioner, sudah out dari (rambut) saya, saya gantikan dengan jeruk nipis,” ujarnya saat berbincang bersama KBR pada program Klinik KBR, Selasa (29/9/2015).


Ia menyarankan, kalau untuk menggantikan shampoo, merang atau jerami yang dibakar bisa menjadi pilihan. Atau, kalau pun memakai shampoo botolan, setelah  keramas bisa mengoleskan jeruk nipis. Caranya, ambil jeruk nipis 1 buah dan diperas, taruh di gayung dan kucurkan ke kepala/rambut.

“Untuk menghindari uban, pakai kemiri yang dibakar dengan tusuk lidi, lalu ditumbuk. Bubuknya ditaruh disela-sela rambut. Tutup pakai shower, diamkan selama 1 malam. Jika rutin melakukananya, rambut pun sehat dan uban tak akan subur, ” jelasnya.

Bibong mengaku sudah melakukan hal ini sejak ia SMP. Dan terbukti, meski kini usianya sudah di atas 50 tahun, hanya beberapa helai saja uban yang menghiasi rambutnya.

“Dulu saya memakai kosmetik pada saat keluar rumah, seperti sun screen, pelembab dan lipstik. Tapi, sekarang karena sudah ada beberapa produk lokal, krim wajah saya bikin sendiri dari VCO (Virgin Coconut Oil). Misal sun screen dikombinasikan dengan  memakai masker yang berasal dari  tepung dan madu. Untuk pelembab, diganti dengan air yang mengandung H20 murni karena bisa menyerap,” tambah Bibong.


Selain kosmetik dan kecantikan, penggunaan bahan-bahan yang sering dipakai untuk keperluan rumah tangga pun digantinya dengan bahan alami. Untuk penggunaan deterjen, misalnya, wanita lulusan IPB ini menggantinya dengan lerak. Dalam satu tahun, Ia  hanya menghabiskan 2 kilo lerak. Sedangkan,untuk mengusir nyamuk, dikendalikannya dengan daun sereh. Untuk membersihkan kaca, Ia mencampurkan cuka yang sudah dimasak atau baking soda dengan air. 


“Baking soda itu banyak fungsinya, bisa digunakan untuk pembersih kaca, pengganti deodorant di ketiak, membilas baju, rambut dan lain lain. Beli saja yang kiloan, cuma 15 ribuan” katanya.   


Dalam hal menjaga kesehatan makanan, sejak ia masih remaja pula, keluarganya sudah tak menggunakan vetsin (penyedap rasa) untuk memasak. Apa yang dilakukan oleh ibunya, ditiru Bibong. Saat ia menemani ibunya belanja, ia belajar memilih bahan dan kualitas produk. Semisal, saat membeli baju, maka bahan katunlah yang dipilih bukan sintetis.


Untuk menghindari paparan kimia sintetis, sebenarnya sederhana. Bibong mencontohkan, penggunaan sepatu yang tertutup bila bepergian kemana-mana, ini juga bisa menjaga kesehatan kulit dan tubuh.


“Pakailah sepatu untuk membatasi apa yang menyentuh kulit kita, agar tak terkena paparan debu, kimia dan sebagainya,” ujar ibu dua anak ini.


Untuk mengkonsumsi sayur mayur, Bibong juga  menanam sayur di rumah seperti tomat, seledri, dan cabai. Dan pupuknya ia buat  sendiri dari hasil pembusukan sisa sayur mayur atau buah menjadi  pupuk kompos.  Jadi, dapurnya sangat minim sampah. Karena sisa makanan diolah kembali menjadi sesuatu yang berguna.


“Tukang sampah di tempat saya bilang, kok, rumah Ibu dikit sekali sih sampahnya. Lah, iya, soalnya di rumah saya memisahkan mana sampah organik dan non organik. Jadi sisa sayur mayur atau buah-buahan justru tidak dibuang ke tong sampah,” ungkapnya.


Dengan pola hidup yang memanfaatkan bahan-bahan alami dan organik dari petani lokal, selain tubuh jadi sehat, dompet pun ikut hemat. Bahkan, karena ingin mengembangkan petani lokal, Bibong pun terjun langsung berbisnis pertanian organik. Sejak 2012, Ia bersama suami  mengembangkan  pertanian padi yang menghasilkan beras organik di Ciawi. Tahun, ini pertanian tersebut sudah 3 kali panen. Saat datang ke studio KBR, Bibong pun membawa beras organik merah hasil pertaniannya, untuk kami cicipi.


Untuk menjalankan gaya hidup organik, menurutnya memang perlu konsisten, tapi itu perlu upaya berat. Walau disatu sisi Bibong mengakui susah menjalankan hidup dengan bahan-bahan organik dan alami,  namun ia menikmatinya. Bahkan, Ia menjadikan ini sebagai tantangan dan kreatifitas untuk menemukan sesuatu yang bisa menggantikan dengan apa yang ada di sekitar rumah, sebagai kreasi baru.


“Cantik itu, bertanggung jawab terhadap diri dan lingkungan, itulah manfaat dari apa yang saya jalani “ pungkasnya.


  • organik
  • bahan alami
  • Bibong widyawarti

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!