BERITA

Belasan Desa di Mukomuko Krisis Air Bersih

"Penyebabnya listrik di PDAM diputus PLN."

Evi tarmizi

Belasan Desa di Mukomuko Krisis Air Bersih
Akibat krisis air, warga Mukomuko terpaksa memanfaatkan air sungai (Foto: Evi T.)

KBR, Mukomuko - Sebanyak 12 desa di kabupaten Mukomuko, Jambi krisis air bersih. Penyebabnya, sejak setahun terakhir perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di kecamatan Ipuh    tidak beroperasi lantaran arus listrik PDAM diputus rampung oleh pihak  PLN.

Elli  warga desa Medan Jaya  mengatakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih,  terpaksa mengambil air ke sungai untuk kebutuhan mandi dan mencuci. Kondisi ini diperparah  sumur warga sudah mengering karena kemarau. Untuk kebutuhan air minum dan memasak warga terpaksa membeli ke depot–depot air minum.


“Akibat PDAM mati sekarang kami  sudah  ke sungai seperti  dari desa pasar Tanjung Harapan,pasar Ipuh, Pasar Baru  pada umumnya sudah ke sungai semua.  Karena kami masyarakat berharap dan sudah membayar iuran bulanan serta uang masuk baru pelanggan PDAM. Uang yang sudah dibayar oleh masyarakat menjadi mubazir. Pelanggan–pelangan PDAM pada umumnya tidak memiliki sumur jadi kami kesulitan untuk air bersih. Untuk air minum dan memasak kami minta ke tetangga kalau mencuci dan mandi harus otomatis ke sungai,” kata Elli kepada KBR Rabu (23/09).


Elli  berharap kepada pemerintah kabupaten Mukomuko bisa mengoperasikan kembali PDAM  seperti semula sehingga warga di 12 desa tidak sesulitan untuk mendapatkan  air bersih. Keduabelas desa yang dilanda kekeringan antara lain; Desa Air Buluh, Manunggal Jaya, Medan Jaya, Pasar Ipuh, Pulau Baru, Pulai payung, Retak Ilir, Sumendam, Sibak, Tanjung hHapan,Tanjung Jaya dan Desa Tirta Mulya.


Editor: Rony Sitanggang

 

  • krisis air
  • mukomuko
  • kemarau
  • pln
  • pdam
  • Elli warga desa Medan Jaya

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!