NUSANTARA

Stok Melimpah, Harga Cabai Rawit di Banyuwangi Anjlok

"Harga cabai rawit di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, sejak dua pekan ini turun hingga separuh lebih atau 60 persen."

Hermawan

Stok Melimpah, Harga Cabai Rawit di Banyuwangi Anjlok
Harga Cabai Rawit, Banyuwangi

KBR, Banyuwangi – Harga cabai rawit di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, sejak dua pekan ini turun hingga separuh lebih atau 60 persen.

Harga di tingkat petani saat ini hanya Rp3.000 per kilogram. Padahal sebelumnya harga cabai rawit mencapai Rp9.000 perkilogramnya. Menurut salah seorang petani cabai rawit, Bowo, anjloknya harga cabai karena stok di pasaran melimpah. Ini membuat pedagang menolak kiriman cabai dari petani.

Harga jual cabai saat ini, kata Bowo, membuat petani rugi besar karena tidak sebanding dengan biaya operasionalnya.

“(Harga perkilogram) Rp3.000 ya pak dari mana untuk ongkos (biaya operasional, red.) ini? Ongkosnya per kilo Rp1.000 sebenarnya, tergantung harga cabai. Tapi kalau (harga cabai perkilogram) Rp10 ribu harga (biaya operasional)-nya Rp2.000. Kalau keadaan seperti ini kan kasihan kalau dihitung itu pak,” kata Bowo kepada Portalkbr, Kamis (25/9).

Selain rugi besar, tambah Bowo, cabai yang sudah dipanen juga terancam membusuk. Kondisi ini membuat para petani cabai terancam gulung tikar.

Karenanya, pihaknya berharap agar Pemerintah Banyuwangi bisa mengendalikan harga cabai rawit dipasaran. Karena jika tidak harga cabai di pasaran akan semakin anjlok.

Sementara itu, untuk harga cabe merah di pasaran Banyuwangi saat ini masih cenderung stabil. Harganya berkisar antara Rp7.000 hingga Rp8.000 per kilogramnya. Seorang pedagang di Pasar Induk Banyuwangi, Imam Buhori mengaku, harga cabai merah stabil lantaran pasokan masih bisa memenuhi kebutuhan.

Editor: Anto Sidharta

  • Harga Cabai Rawit
  • Banyuwangi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!