NUSANTARA

Pengungsi Letusan Gunung Sinabung Memerlukan Kebutuhan Anak-anak

"KBR68H, Karo - Ribuan pengungsi letusan Gunung Sinabung yang berada di Jambur, Kota Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara kekurangan sejumlah kebutuhan anak, seperti susu, selimut dan popok anak-anak. Selain itu dapur umum juga masih belum tersedia."

Bahri

Pengungsi Letusan Gunung Sinabung Memerlukan Kebutuhan Anak-anak
pengungsi, letusan gunung sinabung, kebutuhan anak-anak

KBR68H, Karo - Ribuan pengungsi letusan Gunung Sinabung yang berada di Jambur, Kota Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara kekurangan sejumlah kebutuhan anak, seperti susu, selimut dan popok anak-anak. Selain itu dapur umum juga masih belum tersedia.

Bantuan sementara hanya berupa mie instan dan air botol mineral. Salah seorang pengungsi Martini mengatakan anak-anak kecil yang jumlahnya tak sedikit di lokasi pengungsian saat ini membutuhkan susu, selimut, popok dan pakaian. Mereka sangat khawatir karena cuaca dingin di kota Berastagi akan membuat anak mereka sakit.

“Belum ada dapur umum. Apalagi kebutuhan untuk anak-anak disini banyak, pempers, selimut, susu, kami khawatir anak kami sakit,” ujar Martini

Sebanyak 3.710 jiwa sejak siang kemarin mengungsi di 6 titik di Kota Berastagi dan Kabanjahe Kabupaten Karo Sumatera Utara. Mereka terpaksa diungsikan sejauh 15 kilometer dari lokasi letusan gunung Sinabung yang terjadi Minggu dinihari. Hingga semalam para korban pengungsian letusan gunung Sinabung masih bertahan di pengungsian.

Ribuan pengungsi ini masih belum berani pulang ke rumah mereka karena debu vulkanik gunung Sinabung masih berbahaya dan berstatus siaga. Dalam pengungsiannya mereka terpaksa merasakan penderitaan dinginya malam dan kekurangan sandang pangan khususnya bagi anak anak kecil.


Editor: Doddy Rosadi

  • pengungsi
  • letusan gunung sinabung
  • kebutuhan anak-anak

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!