KBR, Kediri- Tim Penggerak PKK Kota Kediri, Jawa Timur, akan membuka sekolah khusus yang memuat materi kurikulum tentang hak perempuan.
Program bertajuk sekolah bagi perempuan bekal tantangan hidup di masa depan nanti (Selimut Hati) ini akan berlangsung selama beberapa kali pertemuan dengan target peserta para remaja putri.
Ketua Tim Penggerak PKK Kota Kediri, Ferry Silviana Abdullah Abu Bakar mengatakan, sekolah tersebut merupakan program spesifik PKK dengan harapan dapat meningkatkan kualitas hidup perempuan di era sekarang.
Kurikulum tersebut berisi materi tentang hukum yang melibatkan kaum hawa, seperti Undang-Undang TPKS (tindak pidana dan kekerasan seksual) hingga kesehatan reproduksi.
"Dengan sekolah ini yang muatan kurikulumnya spesifik tentang hukum-hukum, Undang-Undang TPKS, hak perempuan, psikologi, kesehatan reproduksi itu semua menjadi satu rangkaian kurikulum yang bisa membuat perempuan berdaya dan punya ilmu supaya dia enggak terjerumus ke arah sana," ujar Ketua Program Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Ferry Silviana, Senin, (28/8/2023).
Sekolah ini akan diisi oleh beberapa pemateri yang punya kompetensi di bidang hukum, misalnya dari kepolisian hingga pengadilan.
Keberadaan sekolah tersebut diharapkan dapat menekan menekan tindak pidana yang melibatkan perempuan sebagai objek kejahatan sekaligus menekan pernikahan dini.
"Fokusnya target audiensnya remaja putri, kita akan bicara untuk itu, kita akan bicara kalian jangan buru-buru nikah, minta dispensasi nikah, pernikahan tidak semudah yang dibayangkan," tandasnya.
Kasus Kesusilaan di Kediri
Selama 2022, tercatat sekitar delapan perkara kesusilaan yang masuk ke Pengadilan Negeri Kota Kediri dengan korban perempuan di bawah umur. Para pelaku berasal dari latar belakang beragam, termasuk kalangan pendidik, keluarga dekat hingga pacar.
Ketua Pengadilan Negeri Kota Kediri, Maulia Martwenty berharap, sekolah Selimut Hati bisa memberikan edukasi bagi remaja putri di Kota Kediri.
"Semoga ini dapat respons positif, besok mereka bisa bercerita ke teman kalau punya bekal ini. Agar mereka tahu hak-haknya, hak perempuan itu apa sih, kalau mereka berumah tangga apa iya kultur patriarki itu benar apa adanya, apa benar," pungkasya.
Baca juga:
Editor: Sindu