“Dari segi cuaca memang pengaruh karena pengaruh iklim La Nina dimana curah hujan tinggi yang berpengaruh ke tanah. Idealnya tanah untuk menanam harus kering. Tapi sekarang lembab dan akibatnya tanaman diserang hama mozaik dan ulat daun,” kata Muhammad Yazid kepada KBR, Selasa (2/8/2016).
Baca: Iklim Tak Cocok, Petani Diminta Tak Tanam Tembakau
Dikatakan Yazid, kondisi ini juga berdampak pada menurunnya kualitas dan produktivitas tanaman tembakau. Pihaknya memprediksi, produktivitas lahan tembakau di Bondowoso akan mengalami penurunan. Dari target awal 14 kwintal per hektar diperkirakan akan mengalami penurunan hingga 30%.
Berdasarkan pemetaan yang dilakukan APTI, sebenarnya permintaan pabrik terhadap tembakau tahun ini cukup menggiurkan. Namun kondisi tanaman tembakau yang kurang baik diperkirakan akan mempengaruhi pengambilan pabrik terhadap tembakau rakyat.
“Apalagi petani utamanya di Tapal Kuda juga masih trauma akibat terdampak letusan Gunung Raung tahun lalu. Itu juga masih jadi salah satu faktor,” imbuhnya.
Kabupaten Bondowoso sendiri merupakan salah satu daerah penghasil tembakau terbesar di Jawa Timur. Saat ini terdapat 1.000 hektar lahan tembakau kasturi dan 3.000 hektar tembakau rajangan di Bondowoso. Sejumlah Kecamatan bahkan menjadi sentra tanaman tembakau seperti Wringin, Tamanan dan Jambesari.
Baca juga: Perusahaan Tembakau Didesak Larang Pekerjakan Anak
Editor: Sasmito