BERITA

Puluhan Hektar Tambak Garam di Rembang Kering

"Muara sungai saat ini mengalami pendangkalan cukup parah, sehingga air laut tidak masuk ke sungai."

Musyafa

Puluhan Hektar Tambak Garam di Rembang Kering
Seorang petani berdiri di lahan tambak yang mengering di Kaliori, Rembang, Jawa Tengah. (Foto: Musyafa)

KBR, Rembang - Puluhan hektar tambak garam di Kabupaten Rembang Jawa Tengah mengering. Pembuatan garam pun terpaksa berhenti.

Upaya mendongkrak produksi garam di Rembang terhambat, karena buruknya infrastruktur penunjang. Di kecamatan Kaliori - Rembang, puluhan hektar tambak menganggur, setelah dilanda kekeringan.


Salah satu petani tambak garam Tasminto mengatakan muara sungai saat ini mengalami pendangkalan cukup parah, sehingga air laut tidak masuk ke sungai.


"Ini tambak sudah mengering semua. Susah, Mas. Padahal sudah menjadi andalan untuk warga Karangsekar dan juga Kaliori. Sungai dangkal, tambak mengering. Lalu kami harus bagaimana?" keluh Tasminto kepada KBR, hari Selasa (18/08).


Petambak lainnya, Sakijan menjelaskan para buruh garap dan pemilik lahan tambak garam sudah mencangkuli sungai yang dangkal dengan peralatan manual.


Namun cara tersebut tidak efektif. Sungai cepat tertutup dan dangkal lagi. Petani mendorong pemerintah segera mengerahkan alat berat beckhoe untuk menggali pendangkalan, supaya produksi garam kembali normal.


Sakijan mengatakan para petambak butuh pengerukan sungai lebih cepat.

Rembang merupakan salah satu sentra produksi garam nasional. Wilayah pesisir yang juga kerap disebut Kota Garam ini memiliki luasan lahan tambak garam 1,500 hektar. Lebih dari empat ribu warga Rembang bekerja di sektor garam. Pada 2010, Rembang menyumbang 6,8 persen kebutuhan garam nasional yang mencapai 1,8 juta ton.

Editor: Agus Luqman 

  • Rembang
  • Jawa Tengah
  • garam
  • tambak garam
  • petani garam
  • kekeringan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!