BERITA

Pasca Lebaran, Harga Daging Ayam Tetap Tinggi

"Banyak dari pedagang yang menahan dagangannya untuk dijual saat Idul Adha nanti"

Pasca Lebaran, Harga Daging Ayam Tetap Tinggi
Ilustrasi: Pedagang daging ayam potong. (Foto: Muhammad Ridlo/KBR)

KBR, Bogor - Harga daging ayam potong di sejumlah pasar di Kota Bogor, tetap tinggi pasca hari raya. Harga daging ayam per potongnya, hingga saat ini masih bertahan di 38-40 ribu per kilogramnya.

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bogor, Mangait Sinaga mengatakan, khusus harga daging ayam potong sejak lebaran hingga kini sama sekali belum mengalami penurunan harga. Hal itu kata dia, banyak dari pedagang yang menahan dagangannya untuk dijual saat Idul Adha nanti.


"Ayam itu yang mengkhawatirkan, selepas lebaran harganya masih bertahan sari 30-40 ribu rupiah per kilogramnya. Dan harga daging juga walau turun masih terbilang tinggi, masih di atas 100 ribu harganya. Hal itu karena banyak pedagang yang menahan dagangannya untuk Idul Adha nanti," katanya saat berbincang dengan KBR di Balai Kota Bogor, Rabu (05/08).


Selain itu kata dia, saat ini kenaikan harga juga terjadi pada jenis holtikultura. Harga sayuran seperti kacang panjang dan lainnya melonjak lantaran musim kemarau yang terjadi.


"Kalau untuk sayuran sih warga sedikit mengerti, karena memang sekarang ini masuk musim kemarau," tambahnya.


Pantauan KBR di Pasar Kebon Kembang dan Pasar Bogor. Harga daging ayam potong terlihat masih tinggi. Di Pasar Bogor, harga daging ayam potong dijial sebesar 35 ribu per kilogramnya. Pedagang mengaku hal itu karena ketersediaannya yang kurang, dan permintaan masih banyak.


"Dari sananya mahal, kita juga belum berani nurunin. Soalnya lagi langka juga," kata Asep salah satu pedagang ayam potong di Pasar Bogor.


Editor: Bambang Hari

  • Harga Daging Ayam
  • Bogor

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!