NUSANTARA

Tambang Pasir Besi, Warga Kulonprogo Tuding Dewan dan Bupati Ingkar Janji

"KBR68H, Kulonprogo "

Tambang Pasir Besi, Warga Kulonprogo Tuding Dewan dan Bupati Ingkar Janji
tambang pasir, kulonprogo

KBR68H, Kulonprogo –Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) Kulonprogo mengaku menyesal telah memilih beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kulonprogo.

Mereka menegaskan, anggota Dewan telah mengingkari janji untuk membela kepentingan petani pesisir, menolak megaproyek pasir besi. Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo, juga tak luput dari cercaan telah mengingkari janji saat kampanye dulu.

“Kami sangat kecewa dengan kenyataan ini. Dulu anggota Dewan kami gadang-gadang bisa membela kepentingan kami sehingga petani di sini yakin memilihnya, sekarang malah mereka menyerang kami,” ujar Ketua PPLP Kulonprogo dalam orasinya di depan ribuan anggota PPLP saat acara syawalan di Pedusunan II, Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Minggu (25/8/2013).

Supriyadi menilai Dewan tak pro rakyat lantaran mereka menandatangani persetujuan kontrak karya megaproyek pasir besi.

Terhadap Bupati, Supriyadi juga punya penilaian sama dengan Dewan. “Dia [Hasto] tanya potensi di sini apa? Kami jawab, di sini jelas potensinya pariwisata dan pertanian. Kemudian dia setuju untuk mengembangkan dua potensi itu. Eh malah sekarang kepincut pasir besi,” tandasnya.

Supriyadi menambahkan, berdasarkan aspek analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) jelas-jelas masyarakat telah menolaknya. Sayang, lanjut dia, aspek tersebut diterjang begitu saja untuk memuluskan segala rencana meski ribuan hektar lahan terancam musnah akibat eksploitasi penambangan.

Acara syawalan PPLP sendiri berlangsung cukup ramai. Tidak kurang dari 3.000 anggota PPLP datang untuk mempererat tali silaturahmi.

Sumber: Radio Star Jogja FM


Editor: Suryawijayanti 

  • tambang pasir
  • kulonprogo

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!