NUSANTARA

Pekan Depan, Produsen Tahu Tempe di Jakarta Mogok

Pekan Depan, Produsen Tahu Tempe di Jakarta Mogok

KBR68H, Jakarta - Mayoritas produsen tahu tempe di Jakarta belum akan menghentikan produksi menyusul melonjaknya harga kedelai. Jafari, salah satu produsen di Jakarta Timur, mengatakan saat ini para produsen masih berembuk untuk menentukan waktu aksi mogok massal. Jafari memperkirakan aksi mogok produksi baru dilakukan pekan depan.

 

"Baru koordinasi aja. mengkomunikasikan masing-masing pengrajin. (Sejauh ini, untuk Jakarta Timur belum ada rencana mogoknya?) Baru rencana, tanggalnya belum (Pekan ini juga?) Kemungkinan minggu-minggu depan, bukan sekarang;" ujar Jafari saat dihubungi KBR68H, Senin (26/8).


Sementara, Ketua Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Sutaryo menyatakan, lonjakan harga kedelai saat ini bakal diperparah oleh menipisnya stok di koperasi sentra tempe dan tahu. 


Menurut dia, menipisnya kedelai ini disebabkan oleh pemerintah yang belum mengeluarkan Surat Persetujuan Impor kepada importir. Hal ini membuat kedelai asal Amerika Serikat terhambat masuk ke pasar Indonesia.


"Banyak importir yang belum menyerahkan barang saat ini. Pemerintah itu kan menetapkan aturan dengan Importir Terdaftar. Begitu Importir Terdaftar, stok impor itu ada data Surat Persetujuan Impor. Sampai saat ini belum keluar. Sehingga barang dari Amerika itu belum ada yang disebar. Ini mengkhawatirkan importir sudah menipis barangnya,” ungkap Sutaryo. 


Harga kedelai di pasaran saat ini mencapai Rp 9000 per kilogramnya. Harga ini naik Rp 2000 dari harga sebelum Lebaran. Untuk menyiasati kenaikan harga, produsen memperkecil ukuran tahu-tempe yang mereka produksi. Selain itu, sejumlah pengusaha juga mengurangi produksi tahu-tempe mereka hingga 25 persen.


Editor: Antonius Eko 

  • harga kedelai
  • pengusaha
  • tahu tempe

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!