NUSANTARA

Malik Mahmud Jadi Wali Nanggroe Aceh pada 20 September

"Malik Mahmud akan dikukuhkan sebagai Wali Nanggroe Aceh pada 20 September mendatang di hadapan sidang paripurna khusus Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA). Pengukuhan Wali Nanggroe juga akan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan sejumlah d"

radio Antero

Malik Mahmud Jadi Wali Nanggroe Aceh pada 20 September
Malik Mahmud, Wali Nanggroe Aceh

KBR68H, Banda Aceh - Malik Mahmud akan dikukuhkan sebagai Wali Nanggroe Aceh pada 20 September mendatang di hadapan sidang paripurna khusus Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA). Pengukuhan Wali Nanggroe juga akan dihadiri  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan sejumlah duta besar Negara sahabat.


Anggota komisi A DPR Aceh Abdullah Saleh mengatakan Jadwal tersebut masih bisa berubah, karena akan disesuaikan dengan jadwal presiden SBY. Menurut Abdullah Saleh, presiden juga sekaligus untuk membuka Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) yang berlangsung pada 19 september. 


“Waktunya masih tentative, kita rencanakan akan berbarengan dengan pembukaan PKA. Sehingga tidak terpisahkan dengan pengukuhan Wali Nanggroe. Jadi masih disesuaikan dengan jadwal presiden, tapi presiden sudah beri sinyal akan hadir,” lanjut dia.


Abdullah saleh menambahkan setelah dikukuhkan sebagai Wali Nanggroe Aceh, Malik mahmud akan berkantor di Meuligoe Wali yang terletak di jalan Soekarno Hatta. Meuligoe tersebut sekaligus akan menjadi tempat tinggal Wali Nanggroe.


Selain itu, akan ada SKPA khusus yang menjadi kesekretariatan lembaga Wali Nanggroe, yang sedang dibicarakan dengan menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Menpan). Abdullah saleh menyatakan Wali Nanggroe akan berfungsi sebagai penasehat dan tokoh pemersatu rakyat Aceh, khususnya di bidang adat istiadat.


Sumber: radio Antero 


Editor: Antonius Eko 

  • Malik Mahmud
  • Wali Nanggroe Aceh

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!