BERITA

Harga Anjlok, Petani Minta Pemerintah Setop Impor

Harga Anjlok, Petani  Minta Pemerintah Setop Impor

KBR Surabaya- Puluhan petani garam asal Madura berunjuk rasa di gedung DPRD Jawa Timur, dan berharap anggota legislatif ikut turun tangan memperjuangkan kenaikan harga sesuai Harga Pembelian Pemerintah, seperti tahun 2017 lalu. Ketua Kelompok Usaha Garam (Kugar) Makmur Bangkalan, Mahdori Aprianto mengatakan, anjloknya harga garam membuat penghasilan petani menurun drastis.

Bahkan, di beberapa lokasi, petani garam terpaksa menutup tambak garam mereka dan berganti menekuni usaha lain untuk menyambung hidup.


"Ya tentunya sangat berimbas sekali ke ekonomi petambak garam, sedangkan biaya pangan yang lain meningkat, kebutuhan meningkat dan penghasilan menurun. Kami terpaksa berputar haluan, menjual eceran sampai menyetop tambak," katanya di Surabaya, Senin (22/7/2019).

 

Mahdori melanjutkan, saat ini harga garam hanya mencapai Rp300-Rp400 per kilogramnya.


Sementara, biaya operasional per kilogram garam untuk pengolahan, pengangkutan dan tenaga kerja mencapai Rp350 per kilogramnya.


Dalam enam bulan, ketika kondisi normal, petani bisa panen mulai 150 sampai 200 ton untuk setiap hektare lahan garam.


"Biaya operasional sekarang meningkat tergantung lokasi tambak. Mulai dari bawah pembelian sak, pengangkutan dan persiapan pemberangkatan pengiriman. Persiapan panggul dan terakhir ongkos kirim," jelas Mahdori.


Bahkan, agar kebutuhan mereka terpenuhi, petani garam ini terpaksa menggadaikan BBKPB dan perhiasan yang mereka miliki.

Tidak hanya itu, beberapa petani, kata Mahdori, memilih menyetop penjualan dan memasukkan garam mereka ke gudang. Ia berharap pemerintah menyetop impor, agar harga garam kembali stabil.

"Kita kebingungan dengan harga rendah ini. Ya tentu mayoritas penggadaian BPKB, surat-surat motor, gadaikan BPKB mobil motor. Harapannya agar pemerintah agar setop impor dan menstabilkan harga garam dan sangat simpel. Kami sebagai petambak garam miris dan menangis," pungkasnya.


Sementara di Semarang, Jawa Tengah, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah, Fendiawan juga menyayangkan impor berlebihan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, yang merugikan petani garam di daerah pesisir Jawa Tengah.


"Ini memang mekanisme pasar yang membuat karena kita juga impor cukup banyak tahun ini 1,27 ton di satu semester ini berdampak pada penjualan garam di Jawa Tengah. Baru satu semester ini yang masuk di Jawa Tengah sekitar 30 ribu ton garam dan memang sudah ada teknologi yang membuat kualitas garam rakyat lebih baik lagi. Hanya saja, memang butuh badan penyangga mungkin ya, yang agar membeli harga garam petani dengan harga yan layak. Nanti dari situ baru badan penyangga menyalurkan kepada industri agar harganya sesuai," ujar Fendiawan Kepada KBR di Semarang, Senin (22/7/19).


Menurut Fendiawan, harga ideal untuk petani garam seharusnya berada pada kisaran harga Rp1.500 dan terendah Rp750.  

Terkait dengan kualitas garam yang diklasifikasikan menjadi tiga klasifikasi yakni kw (kualitas) 1 hingga kw 3, dan DKP Jawa Tengah telah menyediakan teknologi untuk memperbaiki kualitas garam petani agar tidak terjebak dengan harga rendah karena kualitas rendah.


"Kita menyediakan gudang garam untuk menampung garam hasil masyarakat atau para petani," katanya.


Saat ini, harga garam di pesisir utara Jawa Tengah menurun hingga Rp400 per kilogram untuk kw 1, Rp350 untuk kw 2 dan Rp300 untuk kw 3 yang mengakibatkan para petani terus merugi.

 

Editor: Kurniati Syahdan

  • petani garam
  • petambak garam
  • garam anjlok
  • garam
  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur
  • jawa barat
  • Madura

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!