KBR, Pontianak - Direktorat Reserse Narkotika Polda Kalimantan Barat menemukan keterlibatan anak-anak dalam jaringan peredaran narkoba di daerah tersebut. Simpulan ini didapat dari hasil penyelidikan sejumlah tersangka kasus narkoba.
Wakil Direktur Reserse Narkotika Polda Kalbar Sigit Dedy mengatakan, dalam peredaran ini, warga berbagi peran. Tak hanya sebagai penjual melainkan juga pembuat alat hisap sabu dari bekas botol minuman. Dalam jaringan ini, Sigit mengatakan, anak-anak dipekerjakan sebagai pengintai apabila ada petugas yang menggelar operasi.
"Di situ memang namanya juga jaringan menggunakan kaki tangan dia, untuk mengamankan grup atau jaringannya dia, seperti mungkin dia mempunyai orang-orang terpercaya untuk mengamati jikalau ada petugas, aparatur pemerintah lainnya, sehingga mereka bisa melarikan diri begitu," papar Sigit Edy di Pontianak.
Anak-anak, lanjutnya, biasa dibayar di kisaran harga Rp20.000 hingga Rp25.000 untuk setiap informasi.
Baca Juga:
"Kalau dari pengakuan yang kami tahu, sekitar Rp 20 hingga 25 ribu untuk informan. (Kalau pembuatan bong--alat isap?) Ada beberapa rumah tangga menjadikan itu penghasilan atau mata pencaharian dibuatkanlah alat untuk mengisap narkotik seharga Rp5.000 satu alat," kata Sigit Dedy kepada KBR.
Polisi juga menemukan, peran anak-anak sebagai makelar bagi pengedar Narkoba. Tugasnya, menunjukkan dan mengantarkan langsung calon pengguna ke lokasi rumah pengedar narkoba. Atas temuan ini, Sigit mengimbau masyarakat di Kalimantan Barat terutama di kawasan Beting, Kecamatan Pontianak Timur untuk lebih ketat dalam mengawasi anak-anak.
Kawasan Beting, dikenal sebagai kawasan hitam peredaran narkoba di provinsi ini. Tidak terhitung sudah berapa kali penggerebekan dan penangkapan dilakukan Polisi dan BNN. Kendati begitu, wilayah ini tetap saja menjadi primadona bagi para pemakai dan bandar narkoba untuk melancarkan bisnis ini.
Dengan bentuk pemukiman padat yang dibangun di atas air di tepian Sungai Kapuas, menurutnya, polisi terkadang sulit mendapatkan barang bukti sebab kerap dibuang ke sungai. Selain itu, sejumlah operasi penangkapan pun terkadang bocor, yang diduga sudah diinformasikan anak-anak yang menjadi pengintai.
Editor: Nurika Manan