BERITA

Petani Tak Patuhi Standar Baku, Kualitas Kopi Bondowoso Terancam Turun

""Titik kritis itu yang pertama sortasi sebelum di pulper (kupas kulit). Petani biasa menganggap enteng sehingga sortasi sebelum pengupasan tidak dilakukan. ""

Friska Kalia

Petani Tak Patuhi Standar Baku, Kualitas Kopi Bondowoso Terancam Turun
Ilustrasi: Seorang pekerja sedang mensortir kopi usai dipanen di Unit Pengolahan Hasil Desa Sukorejo, Sumber Wringin, Bondowoso, Jawa Timur. (Foto : KBR/Friska Kalia)

KBR, Bondowoso– Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Indonesia menilai, masih ada petani kopi di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur yang tak mematuhi standar baku pengolahan kopi. Akibatnya  berpotensi merusak mutu dan cita rasa kopi.

Kepala Bidang Laboratorium Uji Cita Rasa Kopi, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Indonesia, Yusianto mengatakan, ada beberapa indikator yang mengancam kualitas kopi Bondowoso yakni saat proses sortasi pasca panen dan proses fermentasi kopi.

“Ada titik kritis yang membuat mutu kurang baik. Titik kritis itu yang pertama sortasi sebelum di pulper (kupas kulit). Petani biasa menganggap enteng sehingga sortasi sebelum pengupasan tidak dilakukan. Yang juga dikeluhkan oleh pembeli adalah fermentasi. Harusnya 2 malam, dipersingkat menjadi 1 malam,” ungkap Yusianto saat menghadiri pertemuan dengan petani di Desa Sukorejo, Sumber Wringin beberapa waktu lalu.

Menurut Yusianto, satu – satunya cara untuk menjaga kualitas kopi Bondowoso adalah komitmen dari petani itu sendiri. Selain itu, diperlukan pula komitmen antara Pemkab Bondowoso dan pihak terkait untuk terus mengawasi kualitas kopi Bondowoso. Ini mengingat saat ini kopi Bondowoso tengah menjadi sorotan.


Hal serupa disampaikan Ketua Satuan Pengawas Internal (SPI) Kopi, Suryadi. Menurut Suryadi, potensi pasar untuk kopi Bondowoso yang masih terbuka harus dimanfaatkan petani dengan menghasilkan kopi–kopi yang berkualitas dan punya cita rasa yang khas.


Hal ini bisa dimulai dari budidaya tanaman, proses produksi di Unit Pengolahan Hasil, pengolahan kopi mulai HS Basah, HS Kering, Green Bean, Roasting hingga kopi bubuk haruslah sesuai standar yang telah ditetapkan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.


“Jangan mengabaikan aturan. Misalnya untuk proses panen sudah ditentukan bahwa yang Buah Masak Segar dan Sehat (BMSS) harus 95% tidak kurang dari itu. Proses fermentasi juga antara 18 – 36 jam, jangan dikurang–kurangi, serta cacat fisik tidak lebih dari 5%. Itu kenapa sortasi penting,” ujarnya.


Kopi asal lereng Gunung Ijen – Raung ini memang diakui memiliki cita rasa yang khas. Kopi dengan kadar keasaman yang tak terlalu tinggi disertai aroma coklat menjadi keunggulan kopi asal Bondowoso.


Editor: Rony Sitanggang  

  • kopi ijen
  • Kepala Bidang Laboratorium Uji Cita Rasa Kopi
  • Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Indonesia
  • Yusianto
  • Ketua Satuan Pengawas Internal (SPI) Kopi
  • Suryadi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!